Rabu, 09 Maret 2016

makalah preskripsi farmasetika larutan // Yayuk Winarsih



MAKALAH PRESKRIPSI I
“LARUTAN (SOLUTIONES)”

DISUSUN OLEH:
A’AFIF AMIRUL AMIN
ARUM FAJARWATI
EFA FAUZI
IKA ERNIYAWATI
NANDA KHOIRUL UMMAH
NOVI RAHMAWATI
YAYUK WINARSIH

PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKes KARYA PUTRA BANGSA
TULUNGAGUNG
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul“LARUTAN (SOLUTIONES)” tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Preskipsi I. Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini dengan memberikan gambaran secara deskriptif agar mudah di pahami.
Penyusun meyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu, sangatlah penyusun harapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan bermanfaat di masa yang akan datang.




Tulungagung, 01 November 2015
                                                                                                
                                                                                     Penyusun




DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Tujuan................................................................................................ 2
BAB II ISI
2.1 Definisi Larutan................................................................................ 3
2.2 Macam-macam Sediaan Larutan....................................................... 3
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Larutan..................................... 7
2.4 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Larutan..................................... 11
2.5 Cara Khusus Pengerjaann Obat dalam Bentuk Larutan.................... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 16
3.2 Saran.................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 17










BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan di bidang obat, bentuk sediaan dalam bidang farmasi juga semakin bervariasi. Sediaan obat tersebut antara lain sediaan padat seperti serbuk, tablet, kapsul.  Sediaan setengah padat seperti salep, cream, pasta, suppositoria dan gel, serta bentuk sediaan cair yaitu suspensi, larutan, dan emulsi. Dengan adanya bentuk sediaan tersebut diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen. Salah satu contoh sediaan farmasi yang beredar di pasaran, Apotek, Instalasi kesehatan, maupun toko obat adalah sediaan cair (liquid).
Dengan demikian pembuatan sediaan solutio dengan aneka fungsi sudah banyak digeluti oleh sebagian besar produsen. Sediaan yang ditawarkan pun sangat beragam mulai dari segi pemilihan zat aktif serta zat tambahan,  sensasi rasa yang beraneka ragam, hingga merk yang digunakan pun memiliki peran yang sangat penting dari sebuah produk sediaan liquid.
Sediaan cair atau sediaan solutio lebih banyak diminati oleh kalangan anak-anak dan usia lansia, sehingga satu keunggulan sediaan solutio dibandingkan dengan sediaan-sediaan lain adalah dari segi rasa dan bentuk sediaan.
Sediaan cair juga mempunyai keunggulan terhadap bentuk sediaan solid dalam hal kemudahan pemberian obat terkait sifat kemudahan mengalir dari sediaan liquid ini.  Selain itu, dosis yang diberikan relatif lebih akurat dan pengaturan dosis lebih mudah divariasi dengan penggunaan sendok takar.
Dari penyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pembuatan sediaan solutio terdapat kelebihan dan kekurangan. Diharapkan agar dapat mempertahankan kelebihannya, dan mengatasi kekurangan tersebut dengan membuatnya lebih baik lagi, agar dapat diterapkan dalam dunia kerja dan bisa didapatkan efek terapi yang diharapkan. Oleh karena itu disusun makalah ini untuk mengetahui definisi larutan, mengetahui perbedaan larutan dan kelarutan dan untuk mengetahui berbagai macam jenis-jenis larutan.
1.2 Tujuan
  1. Mengetahui definisi larutan.
  2. Mengetahui perbedaan antara larutan dan kelarutan
  3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
  4. Mengetahui berbagai macam jenis – jenis larutan yang ada sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.















BAB II
ISI
2.1 Definisi  Larutan
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling.
Menurut FI IV, solutiones atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Karena molekul-molekul dalam larutan  terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan  diencerkan atau dicampur.
Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan menjadi tipe larutan sebagai berikut:
1.   Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
2.  Larutan  pekat, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
3.  Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
4.   Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas kelarutannya di  dalam  air  pada  temperatur  tertentu.
Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang terlarut disebut solut.

2.2  Macam-Macam  Sediaan   Larutan

2.2.1         Bentuk  sediaan  larutan  berdasarkan  cara  pemberiannya 
A.                Larutan oral
Larutan  oral  yaitu  sediaan  cair  yang  dibuat  untuk  pemberian  oral, mengandung  satu atau  lebih  zat  dengan  atau  tanpa  bahan  pengaroma, pemanis  atau  pewarna  yang  larut dalam  air  atau  campuran  cosolven-air.
1.             Potiones (obat minum)
Adalah solutio  yang  dimaksudkan  untuk  pemakaian  dalam ( peroral ). Selain  berbentuk larutan  potio  dapat  juga  berbentuk  emulsi  atau  suspensi.
2.             Sirup
Ada  3  macam  sirup  yaitu :
a.  Sirup  simpleks,  mengandung  65 %  gula  dalam  larutan  nipagin  0,25 %  b/v.
b.  Sirup obat,  mengandung  satu  atau  lebih  jenis  obat  dengan  atau  tanpa  zat  tambahan  digunakan  untuk  pengobatan.
c.  Sirup  pewangi,  tidak  mengandung  obat  tetapi  mengandung  zat  pewangi  atau penyedap  lain. Penambahan  sirup  ini  bertujuan  untuk  menutup  rasa  atau  bau  obat yang  tidak  enak.
3.             Elixir 
Adalah  sediaan larutan  yang  mengandung  bahan  obat  dan  bahan  tambahan  ( pemanis, pengawet, pewarna  dan  pewangi ) sehingga  memiliki  bau  dan  rasa  yang  sedap  dan sebagai pelarut  digunakan  campuran  air – etanol.
Di sini  etanol  berfungsi  mempertinggi kelarutan  obat  pada  elixir  dapat  pula ditambahkan gliserol, sorbitol  atau  propilenglikol. Sedangkan  untuk pengganti gula  bisa digunakan  sirup  gula.
4.                  Netralisasi,  saturatio  dan  potio  effervescent.
a. Netralisasi  adalah  obat  minum  yang  dibuat  dengan  mencampurkan  bagian asam  dan  bagian  basa  sampai  reaksi  selesai  dan  larutan  bersifat  netral. Contohnya : solutio  citratis  magnesici,  amygdalas  ammonicus.
b. Saturatio  adalah  Obat  minum  yang  dibuat  dengan  mereaksikan  asam  dengan  basa tetapi  gas  yang  terjadi  ditahan  dalam  wadah  sehingga  larutan  jenuh  dengan  gas.
c.  Potio  effervescent  adalah  Saturatio  yang  CO2 nya lewat  jenuh.
5.  Guttae ( drops )
Guttae / obat  tetes  adalah  sediaan  cair  berupa  larutan,  emulsi  atau  suspensi,  apabila tidak  dinyatakan  lain  maka  dimaksudkan  untuk  obat  dalam.

B. Larutan  topikal
Larutan  topikal  adalah  larutan  yang  biasanya  mengandung  air  tetapi  seringkali  juga pelarut  lain, misalnya  etanol  untuk  penggunaan  topikal  pada  kulit  dan  untuk  penggunaan topikal  pada  mukosa  mulut.  Larutan  topikal  yang  berupa  suspensi  disebut  lotio. Sediaan-sediaan  termasuk  larutan  topikal:
1.      Collyrium
Adalah  sediaan  berupa  larutan  steril, jernih, bebas  pirogen, isotonis, digunakan  untuk membersihkan  mata. Dapat  ditambahkan  zat  dapar  dan  zat  pengawet.
2.       Guttae  Ophthalmicae
Tetes  mata  adalah  larutan  steril  bebas  partikel  asing  merupakan  sediaan  yang  dibuat dan dikemas  sedemikian  rupa  hingga  sesuai  digunakan  pada  mata. Tetes  mata  juga tersedia dalam  bentuk  suspensi, partikel  halus  dalam  bentuk  termikronisasi  agar  tidak menimbulkan iritasi  atau  goresan  pada  kornea.
3.        Gargarisma
Gargarisma / obat  kumur  mulut  adalah  sediaan  berupa  larutan  umumnya  dalam keadaan  pekat  yang  harus  diencerkan  dahulu  sebelum  digunakan. Dimaksudkan  untuk digunakan  sebagai  pencegahan  atau  pengobatan  infeksi  tenggorokan. Contohnya : Betadin  gargle.
4.       Guttae  Oris
Tetes  mulut  adalah  Obat  tetes  yang  digunakan  untuk  mulut  dengan  cara mengencerkan  lebih  dahulu  dengan  air  untuk  dikumur-kumur, tidak  untuk  ditelan.
5.       Guttae  Nasalis
Tetes  hidung  adalah  obat  yang  digunakan  untuk  hidung  dengan  cara  meneteskan  obat  ke dalam  rongga  hidung, dapat  mengandung  zat  pensuspensi, pendapar  dan pengawet. Minyak  lemak  atau  minyak  mineral  tidak  boleh  digunakan  sebagai  cairan pembawa.



6.       Inhalation
Sediaan  yang  dimaksudkan  untuk  disedot  oleh  hidung  atau  mulut, atau  disemprotkan dalam  bentuk  kabut ke dalam  saluran  pernafasan. Tetesan  butiran  kabut  harus  seragam dan  sangat  halus  sehingga  dapat  mencapai  bronkhioli.
7.       Injectiones / Obat  suntik
Injeksi  adalah  sediaan  steril  berupa  larutan, emulsi  atau  suspensi  atau  serbuk  yang harus  dilarutkan  atau  disuspensikan  lebih  dahulu  sebelum  digunakan, yang  disuntikan dengan  cara  merobek  jaringan  ke dalam  kulit  atau  melalui  kulit  atau  selaput  lendir.
8.       Lavement /  Enema /  Clysma
Cairan  yang  pemakaiannya  per rectum / colon  yang  gunanya  untuk membersihkan  atau menghasilkan  efek  terapi  setempat  atau  sistemik. Enema yang  digunakan  untuk membersihkan  atau  penolong  pada  sembelit  atau pembersih  feces  sebelum  operasi, tidak  boleh  mengandung  zat  lendir.  Selain untuk  membersihkan  enema  juga  berfungsi sebagai  karminativa,  emolient, diagnostic,  sedativa,  anthelmintic  dan  lain-lain.
9.       Douche
Adalah  larutan  dalam  air  yang  dimaksudkan  dengan  suatu  alat  ke dalam  vagina,  baik untuk  pengobatan  maupun  untuk  membersihkan.  Karena larutan  ini  mengandung bahan  obat  atau  antiseptik. Contoh : Betadin  Vagina  Douche.
10.     Epithema / Obat  kompres
Adalah  cairan  yang  dipakai  untuk  mendatangkan  rasa  dingin  pada  tempat-tempat  yang  sakit  dan  panas  karena  radang  atau  berdasarkan  sifat  perbedaan  tekanan osmose  digunakan  untuk  mngeringkan  luka  bernanah. Contoh : Rivanol
11.    Litus  Oris
Oles  bibir  adalah  cairan  agak  kental  dan  pemakaiannya  secara  disapukan  dalam  mulut.  Contoh  larutan  10 % Borax  dalam  gliserin.


2.2.2        Penggolongan berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut
1.             Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah menguap, umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma.
2.             Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
3.             Air aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak mudah menguap atau senyawa aromatik, atau bahan mudah menguap lainnya. Air aromatik dibuat dengan cara destilasi dan disimpan dalam wadah yang terlindung dari cahaya panas berlebih.
Untuk mendapatkan suatu larutan dibutuhkan pelarut (solven) dan zat terlarut (solut). Perbandingan antara zat terlarut dan pelarut disebut konsentrasi larutan tersebut. Biasanya dinyatakan dalam persen (%). (Syamsuni,H.A., 2006)
Pelarut yang biasa digunakan adalah:
1.  Air, untuk macam-macam garam.
2.  Spirtus, misalnya untuk kamfer, iodium, menthol.
3.  Gliserin, misalnya untuk tanin, zat samak, borax dan fenol.
4.  Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor dan sublimat.
5.  Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol.
6.  Parafin liquidum, untuk melarutkan cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer, menthol dan klorbutanol.
7.  Eter minyak tanah, untuk minyak-minyak, lemak.
                              
2.3          Faktor-faktor yang Mempengaruhi Larutan
Interaksi dapat terjadi antara pelarut dengan pelarut, pelarut dengan zat terlarut, dan zat terlarut dengan zat terlarut.
Nilai atau deskripsi kualitatif beberapa parameter fisika-kimia zat terlarut dan pelarut dapat membantu memberikan gambaran mengenai kelarutan suatu obat (Syamsuni,H.A., 2006)
Beberapa factor yang mempengaruhi kelarutan adalah sebagai berikut (Syamsuni,H.A., 2006)


1.             Sifat polaritas zat terlarut dan pelarut
Aturan yang terkenal, yakni like dissolves like, diperoleh berdasarkan pengamatan bahwa molekul-molekul dengan distribusi muatan yang sama dapat larut secara timbal-balik, yaitu molekul polar akan larut dalam media yang serupa yaitu polar, sedangkan molekul nonpolar akan larut dalam media akan larut dengan media nonpolar. Konsep polaritas ini kurang jelas kika diterapkan pada zat yang kelarutannya rendah karena terbentuk misel atau agregat dan terbentuk hidrat padat.
2.             Co-solvency
Campuran pelarut untuk melarutkan zat tertentu banyak digunakan untuk membuat larutan obat. Co-solvency dapat dipandang sebagai modifikasi polaritas system pelarut terhadap zat terlarut atau terbentuknya pelarut baru yang terjadinya interaksi antar masing-masing individu pelarut dalam system campuran tidak mudah diduga.
Dengan demikian co-solvency adalah suatu peristiwa terjadinya kenaikan kelarutan karena penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya, luminal tidak larut dalam air tetapi larut dalam campuran air-gliserrin (Sol. Petit).
3.             Sifat kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah:
a.       Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat basa seperti bismut subnitrat. Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit larut).
b.      Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut dalam air, kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4)2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut dalam air, kecuali KOH, NaOH, NH4OH, BaO dan Ba(OH)2. Semua garam fosfat tidak larut dalam air, kecuali K3PO4, Na3PO4, (NH4)3PO4.


4.             Temperatur
Beberapa zat padat umumnya bertambah larut jika temperaturnya dinaikkan, dan dikatakan zat itu bersifat eksoterm. Pada beberapa zat lain, kenaikan temperature justru menyebabkan zat itu tidak larut, zat ini dikatakan bersifat endoterm. Contoh zat yang bersifat endoterm adalah CaSO4, Ca(OH)2, CaHPO3 (ca-hipofosfit), Ca-gliserofosfat, minyak atsiri, dan gas-gas terlarut.
5.             Salting out dan Salting in
Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabkan penurunan kelarutan zat utama.
Contoh:
a.       Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun jika kedalam larutan tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. Dalam hal ini, kelarutan NaCl lebih besar dibandingkan kelarutan minyak atsiri dalam air, sehingga minyak atsiri akan memisah.
b.      Reaksi antara papaverin HCl dengan Sol. Charcot menghasilkan endapan papaverin basa.
c.       Champora dan Ol. Menthae piperatae dalam air aromatic.
d.      Larutan metilselulosa dalam air oleh penambahan NaCl.
Salting in adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih kecil dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabhan kenaikan kelarutan zat utama.
Contoh:
a.       Nikotinamidum menyebabkan riboflavin (vit. B2) larut dalam air, karena disini terjadi penggaraman riboflavin + basa (NH4-R).
b.      Globulin tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam larutan garam encer dalam air.
6.             Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tidak larut dan zat yang larut dengan membentuk senyawa kompleks yang larut.
Contoh:
a.       Larutan Iodin dalam lartan KI atau NaI dalam air. Disini terbentuk senyawa kompleks triiodida (I2 + KI à KI3), atau larutan HgI2 larut dalam KI jenuh terbentuk garam kompleks K2HgI4 (K-tetraiodohidrargirat).
b.      Larutnya kofein di dalam larutan Na-salisilat atau Na-benzoat dalam air. Senyawa kompleks ini bersifat reversible, mudah terdisosiasi, dan melepas zat aktifnya sehingga memberi efek terapi.
7.             Common ion effect (efek ion bersama)
Obat yang tidak larut sering dibuat suspensi. Di sini ada keseimbangan antara partikel padat dengan larutan jenuhnya.
Contoh:
Suspensi prokain penisilin yang ditambahkan Prokain HCl yang mudah larut dalam air akan mengurangi ion penisilin dalam larutan, karena produk keterlarutan atau konstanta keseimbangan larutan (Ksp) suatu senyawa pada suhu konstan adalah tetap. Dapat digambarkan sebagai berikut.
Ksp Prokain penisilin = [Prokain] [Penisilin]. Karena konsentrasi [Prokain] naik maka konsentrasi [Penisilin] akan turun. Dengan demikian waktu penyimpanan penisilin akan naik.
8.             Hidrotopi
Hidrotopi adalah peristiwa bertambahnya kelarutan suatu senyawa yang tidak larut atau sukar larut dengan penambahan senyawa lain namun bukan zat surfaktan (surface activate agent, SSA). Mekanismenya mungkin salting in, kompleksasi attau kombinasi beberapa faktor.
9.             Ukuran partikel
Efek ukuran partikel zat terlarut terhadap sifat kelarutannya terjadi hanya jika partikel mempunyai ukuran dalam micron dan akan terlihat kenaikan kira-kira 10% dalam kelarutannya. Kenaikan ini disebabkan adanya energy bebas permukaan yang besar dihubungkan dengan partikel yang kecil.
Kecepatan melarutnya suatu zat dipengaruhi oleh:
a.       Ukuran partikel. Makin halus zt terlarut makin kecil ukuran partikel, makin luas permukaannya yang kontak dengan pelarut sehingga zat terlarut makin cepat larut.
b.      Suhu. Umumnya kenaikan suhu akan menambah kelarutan suatu zat.
c.       Pengadukan.
10.         Ukuran dan bentuk molekul
Sifat-sifat dapat melarutkan pada air sebagian besar disebabkan oleh ukuran molekulnya yang kecil. Zat cair yang dapat mempunyai polaritas, konstanta dielektrik, dan ikatan hydrogen dapat menjadi pelarut yang kurang bagi senyawa ionik, karena ukuran partikelnya lebih besar dan akan sukar bagi zat cair untuk menembus dan melarutkan Kristal. Bentuk molekul zat terlarut juga merupakan faktor dalam meneliti kelarutan. Kelarutan ammonia yang tinggi, cocok tanpa ada kesukaran berada di dalam struktur air. Efek bentuk molekul zat terlarut terhadap kelarutannya di dalam suatu pelarut lebih banyak merupakan efek entropi.
11.         Struktur air
Struktur air merupakan anyaman molekul tiga dimensi dan struktur ikatan hydrogen menentukan sifat-sifat air dan interaksinya dengan zat terlarut. Strukturnya dapat dimodifikasi secara kualitatif dan kuantitatif oleh banyak factor seperti suhu, permukaan, dan zat terlarut. Struktur air peka terhadap banyak factor yang dapat memperkuat, memperlemah, mengubah, atau memecah seluruhnya. Factor-faktor ini termasuk suhu, zat terlarut nonpolar, ion monovalent dan polivalen, zat aktif permukaan (surface activate agent, SSA), makromolekul, dan permukaan.

2.4         Keuntungan  Dan  Kerugian  Sediaan  Larutan
A. Keuntungan  sediaan  larutan ;
1.        Lebih  mudah  ditelan  disbanding bentuk  padat  sehingga  dapat  digunakan  untuk  bayi, anak-anak, dan  usia  lanjut.
2.        Segera  diabsorpsi  karena  sudah  berada  dalam  bentuk  larutan  ( tidak  mengalami  proses  disintegrasi  dan  pelarutan ).
3.        Dosis dapat diubah dalam pembuatan
4.        Mengurangi  resiko  iritasi  pada  lambung  oleh  zat-zat  iritan  ( contoh : Aspirin, KCl ), karena  larutan  akan  segera  diencerkan  oleh  isi  lambung.
5.        Mudah diberi pemanis, pewarna dan aroma
6.        Untuk pemakaian luar mudah digunakan
B.       Kerugian  sediaan  larutan :
1.    Larutan  bersifat  voluminous,  sehingga  kurang  menyenangkan  untuk  diangkut  dan  dismpan.  Apabila  kemasan  rusak , keseluruhan  sediaan tidak  dapat  dipergunakan.
2.    Stabilitas  dalam  bentuk  larutan  biasanya  kurang  baik  dibandingkan  bentuk  sediaan  tablet  atau  kapsul,  terutama  jika  bahan  mudah  terhidrolisis.
3.    Larutan  merupakan  media  ideal  untuk  pertumbuhan  mikroorganisme, oleh  karena  itu  memerlukan  penambahan  pengawet.
4.    Ketetapan  dosis  tergantung  pada  kemampuan  pasien  untuk  menakar.
5.    Rasa  obat  yang  kurang  menyenangkan  akan  lebih  terasa  jika  diberikan  dalam  larutan  dibandingkan  dalam  bentuk  padat . Walaupun  demikian.  Larutan  dapat  diberi  pemanis  dan  perasa  agar  penggunaanya  lebih  nyaman.

2.5         Cara Khusus Pengerjaan Obat dalam Bentuk Larutan
Beberapa obat memerlukan cara khusus untuk melarutkannya, di antaranya adalah (Syamsuni,H.A., 2006):
1.             Natrium bikarbonat
Harus dilakukan dengan cara gerus-tuang (adsliben).
2.             Natrium bikarbonat bersama-sama natrium salisilat.
Na-bikarbonat digerus tuang, kemudian ditambah Na-salisilat. Untuk mencegah terjadinya perubahan warna pada larutan harus ditambakan natrium pirofosfat 0,25% dari berat larutan.
3.             Sublimat (HgCl2).
Untuk obat tetes mata harus dilakukan dengan pemanasan atau dikocok-kocok dalam air panas, kemudian disaring setelah dingin. NaCl dapat meningkatkan kelatrutan sublimata dalam obat tetes mata 1:4000.
4.             Kalium permanganate (KMnO4).
Dilarutkan dengan pemanasan. Pada proses pemanasan akan terbentuk batu kawi (MnO2), oleh sebab itu setelah dingin tanpa dikocok-kocok dituangkan kedalam botol atau dapat juga disaring dengan gelas wool.
5.             Zink klorida (ZnCl2).
Harus dilakukan dengan air sekaligus, kemudian disaring. Karena jika air ditambahkan sedikit demisedikit maka akan terbentuk zink oksida klorida (ZnOCl) yang sukar larut dalam air, kemudian tambahkan asam salisilat, larutan zink klorida dengan sebagian air, kemudian tambahkan asam salisilatdan sisa air, baru disaring.
6.             Kamfer (camphorae).
Kelarutan dalam air 1:650. Dilarutkan dengan spiritus fortio (96%)  sebanyak 2 kali bobot kamfer didalam botol kering, kocok-kocok, kemudian tambahkan air panas sekaligus, kocok lagi.
7.             Tanin.
Tanin mudah larut dalam air dan dalm gliserin, tetapi tanin selalu mengandung hasil oksidasi yang larut dalam air, tetapi tidak larut dalam gliserin sehingga larutannya dalam gliserin harus disaring dengan kapas yang dibasahi. Jika ada air dan gliserin, larutkan tanin dalam air, kocok, baru tambahkan gliserinnya.
8.             Extract Opii dan Extract Ratanhiae.
Dilakukan dengan cara ditaburkan ke dalam air sama banyak, diamkan 15 menit.
9.             Perak protein.
Dilarutkan dalam air suling sama banyak, diamkan 15 menit ditempat gelap.
10.         Succus liquiritiae.
a.    Dengan gerus tuang (adsliben), jika jumlahnya kecil.
b.    Dengan merebus atau memanaskannya hingga larut.
11.         Kalsium Laktat dan Kalsium Glukonat.
Kelarutannya dalam air 1:20. Jika jumlah air cukup, setelah dilarutkan disaring untuk mencegah kristalisasi.Jika air tidak cukup, disuspensikan dengan penambahan PGS, dibuat Mxturae agitanda.
12.         Bahan obat yang berkhasiat keras.
Harus dilarutkan tersendiri.
13.         Jika ada bahan obat yang harus diencerkan dengan air, hasil pengenceran yang diambil paling sedikit adalah 2 ml.
14.         Kodein
a.    Direbus dengan air sebanyak 20 kali kodein. Setelah larut diencerkan sebelum dingin.
b.    Dengan alcohol 96% sampai larut, lalu segera diencerkan dengan air.
c.    Diganti dengan kodein HCL sebanyak 1,17 kali jumlahnya.
15.         Pepsin
Pepsin tidak larut dalam air tetapi larut dalam HCl encer.
Pembuatannya: pepsin disuspensikan dengan air 10 kali lipatnya kemudian tambahkan HCl encer. Larutan pepsin hanya tahan sebentar dan tidak boleh disimpan.
16.         Nipagin dan Nipasol (kelarutannya 1:2000)
Sebagai pengawet 0,1%-0,2%. Nipagin berfungsi sebagai pengawet dalam larutan air, sedangkan nipasol untuk larutan minyak.
a.    Dilarutkan dalam air dengan pemanasan sambil digoyang-goyangkan
b.    Dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukan kedalam sediaan yang diawetkan.
17.         Fenol
Diambil fenol liquifactum yaitu larutkan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol. Jumlah yang diambil 1,2 kali jumlah yang diminta. Jika pengenceran dalam air cukup akan diperoleh larutan yang jernih, jika kurang akan terjadi larutan yang keruh.

Perhitungan Farmasi untuk larutan
R/Atropin Sulf                                    0,006g
            Bellad. Extr                             0,100g
            Sir.Simplex                              100g
            m.f.sirop.ad.Aq.dest               200g
            S.4.d.d.C. I
Pro : Tn Andi (dewasa)

Penyelesaian

         Tiap 1 sendok makan = 15 x 1,3g=19,5 g≈20g
         Tiap 1 sendok mkn mengandung :
a.       Atrofin sulfat =20/200 x 0,006g = 0,0006g=0,06 mg
b.      Bellad.Extr = 20/200 x 0,100g=0,0100g = 10 mg
Dosis 1x
a.       Atrofin sulf. = 0,6/1=0,6 (dlm persen=60%)
b.      Bellad.Extr. = 10/20 =0,5 (dlm persen=50%)
Dosis kombinasi  = 0,6 + 0,5 = 1,1> 1 atau
                                    = 60% + 50% =110%>100%

Dosis 1hari
a.       Atrofin sulf. = 4 x 0,6/3 = 0,8 (dlm persen = 80%)
b.      Bellad.Extr. = 4 x 10/80 =0,5 (dlm persen = 50%)
Dosis kombinasi  = 0,8 + 0,5 = 1,3> 1 atau
                               = 80% + 50% =130%>100%
v  Jadi baik dosis sekali dan dosis sehari melewati dosis maksimum untuk dibuat











BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan
 Larutan adalah bentuk sediaan cair yang terdiri dari satu atau lebih zat kimia terlarut dan zat pelarut dalam suatu larutan. Salah satu keuntungan dari larutan yaitu segera diabsorbsi karena sudah berada dalam bentuk larutan. Sedangkan kerugiannya yaitu larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme. Solutio dengan pelarut non aqua, yaitu pelarut pelarut yang digunakan adalah alkohol 96 %.
Untuk melarutkan solution harus memperhatikan kelarutannya karena ada larutan yang mudah larut , sangat mudah larut, larut, agak sukar larut, sukar larut, dan praktis tidak larut, sehingga berbeda cara melarutkannya. Selain itu solutio juga memiliki kekurangan dan kelebihan yang harus diperhatikan misalnya penyimpanannya . karena ada larutan yang dapat di masukkan ke dalam botol bening dan ada juga yang disimpan dalam botol gelap/coklat.

3.2 Saran
Untuk melarutkan solution harus memperhatikan kelarutannya karena ada larutan yang mudah larut , sangat mudah larut, larut, agak sukar larut, sukar larut, dan praktis tidak larut, sehingga berbeda cara melarutkannya.
            Bimbingan dan arahan dari para dosen sangat kami harapkan dalam menyusun makalah.









DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas   Press .
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi     III . Jakarta : Dirjen POM
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi     IV . Jakarta : Dirjen POM
 Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar