MAKALAH
PRESKRIPSI I
“LARUTAN
(SOLUTIONES)”
DISUSUN
OLEH:
A’AFIF AMIRUL AMIN
ARUM FAJARWATI
EFA FAUZI
IKA ERNIYAWATI
NANDA KHOIRUL UMMAH
NOVI RAHMAWATI
YAYUK WINARSIH
PROGRAM STUDI S1
FARMASI
STIKes KARYA PUTRA
BANGSA
TULUNGAGUNG
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul“LARUTAN (SOLUTIONES)” tepat pada waktunya. Shalawat beserta
salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun
maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Preskipsi I.
Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini dengan
memberikan gambaran secara deskriptif agar mudah di pahami.
Penyusun
meyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena
keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu, sangatlah penyusun
harapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar
makalah ini menjadi lebih baik dan bermanfaat di masa yang akan datang.
Tulungagung, 01 November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Tujuan................................................................................................ 2
BAB II ISI
2.1 Definisi Larutan................................................................................ 3
2.2 Macam-macam Sediaan Larutan....................................................... 3
2.3 Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Larutan..................................... 7
2.4 Keuntungan dan Kerugian
Sediaan Larutan..................................... 11
2.5 Cara Khusus Pengerjaann Obat
dalam Bentuk Larutan.................... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 16
3.2 Saran.................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan di bidang obat, bentuk sediaan
dalam bidang farmasi juga semakin bervariasi. Sediaan obat tersebut antara lain
sediaan padat seperti serbuk, tablet, kapsul.
Sediaan setengah padat seperti salep, cream, pasta, suppositoria dan
gel, serta bentuk sediaan cair yaitu suspensi, larutan, dan emulsi. Dengan
adanya bentuk sediaan tersebut diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi konsumen. Salah satu contoh sediaan farmasi yang beredar di
pasaran, Apotek, Instalasi kesehatan, maupun toko obat adalah sediaan cair
(liquid).
Dengan demikian pembuatan sediaan solutio dengan aneka
fungsi sudah banyak digeluti oleh sebagian besar produsen. Sediaan yang
ditawarkan pun sangat beragam mulai dari segi pemilihan zat aktif serta zat
tambahan, sensasi rasa yang beraneka
ragam, hingga merk yang digunakan pun memiliki peran yang sangat penting dari
sebuah produk sediaan liquid.
Sediaan cair atau sediaan solutio lebih banyak diminati oleh
kalangan anak-anak dan usia lansia, sehingga satu keunggulan sediaan solutio
dibandingkan dengan sediaan-sediaan lain adalah dari segi rasa dan bentuk
sediaan.
Sediaan cair juga mempunyai keunggulan terhadap bentuk
sediaan solid dalam hal kemudahan pemberian obat terkait sifat kemudahan
mengalir dari sediaan liquid ini. Selain
itu, dosis yang diberikan relatif lebih akurat dan pengaturan dosis lebih mudah
divariasi dengan penggunaan sendok takar.
Dari penyataan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam pembuatan sediaan solutio terdapat kelebihan dan
kekurangan. Diharapkan agar dapat mempertahankan kelebihannya, dan mengatasi
kekurangan tersebut dengan membuatnya lebih baik lagi, agar dapat diterapkan
dalam dunia kerja dan bisa didapatkan efek terapi yang diharapkan. Oleh karena
itu disusun makalah ini untuk mengetahui definisi larutan, mengetahui perbedaan
larutan dan kelarutan dan untuk mengetahui berbagai macam jenis-jenis larutan.
1.2 Tujuan
- Mengetahui definisi larutan.
- Mengetahui perbedaan antara larutan dan kelarutan
- Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
- Mengetahui berbagai macam jenis – jenis larutan yang ada sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.
BAB II
ISI
2.1 Definisi Larutan
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, larutan adalah
sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali dinyatakan lain, sebagai
pelarut digunakan air suling.
Menurut FI IV, solutiones atau larutan adalah sediaan cair
yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Karena
molekul-molekul dalam larutan
terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk
sediaan, umumnya memberikan jaminan
keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur.
Bila zat A dilarutkan dalam air atau
pelarut lain akan menjadi tipe larutan sebagai berikut:
1. Larutan encer, yaitu larutan yang
mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
2. Larutan pekat, yaitu larutan yang
mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung
jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur
tertentu.
4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang
mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas kelarutannya di
dalam air pada temperatur tertentu.
Zat pelarut disebut juga solvent,
sedangkan zat yang terlarut disebut solut.
2.2 Macam-Macam
Sediaan Larutan
2.2.1
Bentuk
sediaan larutan berdasarkan cara pemberiannya
A.
Larutan oral
Larutan
oral yaitu sediaan cair yang dibuat
untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih
zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,
pemanis atau pewarna yang larut dalam air
atau campuran cosolven-air.
1.
Potiones (obat minum)
Adalah solutio yang
dimaksudkan untuk pemakaian dalam ( peroral ). Selain
berbentuk larutan potio dapat juga berbentuk
emulsi atau suspensi.
2.
Sirup
Ada
3 macam sirup yaitu :
a.
Sirup simpleks, mengandung 65 % gula dalam
larutan nipagin 0,25 % b/v.
b. Sirup
obat, mengandung satu atau lebih jenis obat
dengan atau tanpa zat tambahan digunakan
untuk pengobatan.
c. Sirup
pewangi, tidak mengandung obat tetapi
mengandung zat pewangi atau penyedap lain.
Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup
rasa atau bau obat yang tidak enak.
3.
Elixir
Adalah sediaan
larutan yang mengandung bahan obat dan
bahan tambahan ( pemanis, pengawet, pewarna dan
pewangi ) sehingga memiliki bau dan rasa
yang sedap dan sebagai pelarut digunakan campuran
air – etanol.
Di sini etanol berfungsi
mempertinggi kelarutan obat pada elixir dapat
pula ditambahkan gliserol, sorbitol atau propilenglikol.
Sedangkan untuk pengganti gula bisa digunakan sirup
gula.
4.
Netralisasi, saturatio dan
potio effervescent.
a. Netralisasi adalah obat minum
yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam
dan bagian basa sampai reaksi selesai
dan larutan bersifat netral. Contohnya : solutio
citratis magnesici, amygdalas ammonicus.
b. Saturatio adalah Obat minum
yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan
basa tetapi gas yang terjadi ditahan dalam
wadah sehingga larutan jenuh dengan gas.
c.
Potio effervescent adalah Saturatio yang CO2
nya lewat jenuh.
5. Guttae ( drops )
Guttae / obat tetes adalah
sediaan cair berupa larutan, emulsi atau
suspensi, apabila tidak dinyatakan lain maka
dimaksudkan untuk obat dalam.
B. Larutan topikal
Larutan topikal adalah
larutan yang biasanya mengandung air tetapi
seringkali juga pelarut lain, misalnya etanol
untuk penggunaan topikal pada kulit dan
untuk penggunaan topikal pada mukosa mulut.
Larutan topikal yang berupa suspensi
disebut lotio. Sediaan-sediaan termasuk larutan
topikal:
1.
Collyrium
Adalah sediaan berupa
larutan steril, jernih, bebas pirogen, isotonis, digunakan
untuk membersihkan mata. Dapat ditambahkan zat
dapar dan zat pengawet.
2.
Guttae Ophthalmicae
Tetes mata adalah
larutan steril bebas partikel asing
merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas
sedemikian rupa hingga sesuai digunakan
pada mata. Tetes mata juga tersedia dalam bentuk
suspensi, partikel halus dalam bentuk
termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau
goresan pada kornea.
3.
Gargarisma
Gargarisma / obat kumur
mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya
dalam keadaan pekat yang harus diencerkan
dahulu sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk digunakan
sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi
tenggorokan. Contohnya : Betadin gargle.
4.
Guttae Oris
Tetes mulut adalah
Obat tetes yang digunakan untuk mulut
dengan cara mengencerkan lebih dahulu dengan
air untuk dikumur-kumur, tidak untuk ditelan.
5.
Guttae Nasalis
Tetes hidung adalah
obat yang digunakan untuk hidung dengan
cara meneteskan obat ke dalam rongga
hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan
pengawet. Minyak lemak atau minyak mineral tidak
boleh digunakan sebagai cairan pembawa.
6.
Inhalation
Sediaan yang dimaksudkan
untuk disedot oleh hidung atau mulut, atau
disemprotkan dalam bentuk kabut ke dalam saluran
pernafasan. Tetesan butiran kabut harus seragam
dan sangat halus sehingga dapat mencapai
bronkhioli.
7.
Injectiones / Obat suntik
Injeksi adalah sediaan
steril berupa larutan, emulsi atau suspensi
atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau selaput
lendir.
8.
Lavement / Enema / Clysma
Cairan yang pemakaiannya
per rectum / colon yang gunanya untuk membersihkan
atau menghasilkan efek terapi setempat atau
sistemik. Enema yang digunakan untuk membersihkan atau penolong
pada sembelit atau pembersih feces sebelum
operasi, tidak boleh mengandung zat lendir.
Selain untuk membersihkan enema juga berfungsi sebagai
karminativa, emolient, diagnostic, sedativa,
anthelmintic dan lain-lain.
9.
Douche
Adalah larutan dalam
air yang dimaksudkan dengan suatu alat
ke dalam vagina, baik untuk pengobatan maupun
untuk membersihkan. Karena larutan ini mengandung
bahan obat atau antiseptik. Contoh : Betadin Vagina
Douche.
10.
Epithema / Obat
kompres
Adalah cairan yang
dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada
tempat-tempat yang sakit dan panas karena
radang atau berdasarkan sifat perbedaan
tekanan osmose digunakan untuk mngeringkan luka
bernanah. Contoh : Rivanol
11.
Litus
Oris
Oles bibir adalah
cairan agak kental dan pemakaiannya secara
disapukan dalam mulut. Contoh larutan 10 %
Borax dalam gliserin.
2.2.2
Penggolongan berdasarkan sistem pelarut
dan zat terlarut
1.
Spirit adalah larutan yang mengandung
etanol atau hidroalkohol dari zat mudah menguap, umumnya digunakan sebagai
bahan pengaroma.
2.
Tingtur adalah larutan mengandung
etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
3.
Air aromatik adalah larutan jernih dan
jenuh dalam air, dari minyak mudah menguap atau senyawa aromatik, atau bahan
mudah menguap lainnya. Air aromatik dibuat dengan cara destilasi dan disimpan
dalam wadah yang terlindung dari cahaya panas berlebih.
Untuk mendapatkan suatu larutan
dibutuhkan pelarut (solven) dan zat terlarut (solut).
Perbandingan antara zat terlarut dan pelarut disebut konsentrasi larutan
tersebut. Biasanya dinyatakan dalam persen (%). (Syamsuni,H.A., 2006)
Pelarut yang biasa digunakan adalah:
1.
Air, untuk macam-macam garam.
2.
Spirtus, misalnya untuk kamfer, iodium, menthol.
3.
Gliserin, misalnya untuk tanin, zat samak, borax dan fenol.
4.
Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor dan sublimat.
5.
Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol.
6.
Parafin liquidum, untuk melarutkan cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer,
menthol dan klorbutanol.
7.
Eter minyak tanah, untuk minyak-minyak, lemak.
2.3
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Larutan
Interaksi
dapat terjadi antara pelarut dengan pelarut, pelarut dengan zat terlarut, dan
zat terlarut dengan zat terlarut.
Nilai atau
deskripsi kualitatif beberapa parameter fisika-kimia zat terlarut dan pelarut
dapat membantu memberikan gambaran mengenai kelarutan suatu obat (Syamsuni,H.A.,
2006)
Beberapa
factor yang mempengaruhi kelarutan adalah sebagai berikut (Syamsuni,H.A.,
2006)
1.
Sifat polaritas zat terlarut dan pelarut
Aturan
yang terkenal, yakni like dissolves like, diperoleh berdasarkan
pengamatan bahwa molekul-molekul dengan distribusi muatan yang sama dapat larut
secara timbal-balik, yaitu molekul polar akan larut dalam media yang serupa
yaitu polar, sedangkan molekul nonpolar akan larut dalam media akan larut
dengan media nonpolar. Konsep polaritas ini kurang jelas kika diterapkan pada
zat yang kelarutannya rendah karena terbentuk misel atau agregat dan terbentuk
hidrat padat.
2.
Co-solvency
Campuran
pelarut untuk melarutkan zat tertentu banyak digunakan untuk membuat larutan
obat. Co-solvency dapat dipandang sebagai modifikasi polaritas system pelarut
terhadap zat terlarut atau terbentuknya pelarut baru yang terjadinya interaksi
antar masing-masing individu pelarut dalam system campuran tidak mudah diduga.
Dengan
demikian co-solvency adalah suatu peristiwa terjadinya kenaikan kelarutan
karena penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya, luminal tidak
larut dalam air tetapi larut dalam campuran air-gliserrin (Sol. Petit).
3.
Sifat kelarutan
Zat yang
mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi
umumnya adalah:
a.
Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali
AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut,
kecuali nitrat basa seperti bismut subnitrat. Semua garam sulfat larut,
kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit larut).
b.
Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut
dalam air, kecuali K2CO3, Na2CO3,
(NH4)2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak
larut dalam air, kecuali KOH, NaOH, NH4OH, BaO dan Ba(OH)2.
Semua garam fosfat tidak larut dalam air, kecuali K3PO4,
Na3PO4, (NH4)3PO4.
4.
Temperatur
Beberapa
zat padat umumnya bertambah larut jika temperaturnya dinaikkan, dan dikatakan
zat itu bersifat eksoterm. Pada beberapa zat lain, kenaikan temperature
justru menyebabkan zat itu tidak larut, zat ini dikatakan bersifat endoterm.
Contoh zat yang bersifat endoterm adalah CaSO4, Ca(OH)2,
CaHPO3 (ca-hipofosfit), Ca-gliserofosfat, minyak atsiri, dan gas-gas
terlarut.
5.
Salting out dan Salting in
Salting
out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang
mempunyai kelarutan lebih besar dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabkan
penurunan kelarutan zat utama.
Contoh:
a.
Kelarutan minyak atsiri dalam air
akan turun jika kedalam larutan tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. Dalam
hal ini, kelarutan NaCl lebih besar dibandingkan kelarutan minyak atsiri dalam
air, sehingga minyak atsiri akan memisah.
b.
Reaksi antara papaverin HCl dengan
Sol. Charcot menghasilkan endapan papaverin basa.
c.
Champora dan Ol. Menthae piperatae
dalam air aromatic.
d.
Larutan metilselulosa dalam air
oleh penambahan NaCl.
Salting in adalah
peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih kecil
dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabhan kenaikan kelarutan zat utama.
Contoh:
a.
Nikotinamidum menyebabkan
riboflavin (vit. B2) larut dalam air, karena disini terjadi penggaraman
riboflavin + basa (NH4-R).
b.
Globulin tidak larut dalam air,
tetapi dapat larut dalam larutan garam encer dalam air.
6.
Pembentukan Kompleks
Pembentukan
kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tidak larut dan
zat yang larut dengan membentuk senyawa kompleks yang larut.
Contoh:
a.
Larutan Iodin dalam lartan KI atau
NaI dalam air. Disini terbentuk senyawa kompleks triiodida (I2 + KI à KI3),
atau larutan HgI2 larut dalam KI jenuh terbentuk garam kompleks K2HgI4
(K-tetraiodohidrargirat).
b.
Larutnya kofein di dalam larutan
Na-salisilat atau Na-benzoat dalam air. Senyawa kompleks ini bersifat
reversible, mudah terdisosiasi, dan melepas zat aktifnya sehingga memberi efek
terapi.
7.
Common ion effect (efek ion
bersama)
Obat yang
tidak larut sering dibuat suspensi. Di sini ada keseimbangan antara partikel
padat dengan larutan jenuhnya.
Contoh:
Suspensi
prokain penisilin yang ditambahkan Prokain HCl yang mudah larut dalam air akan
mengurangi ion penisilin dalam larutan, karena produk keterlarutan atau
konstanta keseimbangan larutan (Ksp) suatu senyawa pada suhu konstan adalah
tetap. Dapat digambarkan sebagai berikut.
Ksp
Prokain penisilin = [Prokain] [Penisilin]. Karena konsentrasi [Prokain] naik
maka konsentrasi [Penisilin] akan turun. Dengan demikian waktu penyimpanan
penisilin akan naik.
8.
Hidrotopi
Hidrotopi adalah
peristiwa bertambahnya kelarutan suatu senyawa yang tidak larut atau sukar
larut dengan penambahan senyawa lain namun bukan zat surfaktan (surface
activate agent, SSA). Mekanismenya mungkin salting in, kompleksasi
attau kombinasi beberapa faktor.
9.
Ukuran partikel
Efek
ukuran partikel zat terlarut terhadap sifat kelarutannya terjadi hanya jika
partikel mempunyai ukuran dalam micron dan akan terlihat kenaikan kira-kira 10%
dalam kelarutannya. Kenaikan ini disebabkan adanya energy bebas permukaan yang
besar dihubungkan dengan partikel yang kecil.
Kecepatan melarutnya suatu zat
dipengaruhi oleh:
a.
Ukuran partikel. Makin
halus zt terlarut makin kecil ukuran partikel, makin luas permukaannya yang
kontak dengan pelarut sehingga zat terlarut makin cepat larut.
b.
Suhu. Umumnya
kenaikan suhu akan menambah kelarutan suatu zat.
c.
Pengadukan.
10.
Ukuran dan bentuk molekul
Sifat-sifat
dapat melarutkan pada air sebagian besar disebabkan oleh ukuran molekulnya yang
kecil. Zat cair yang dapat mempunyai polaritas, konstanta dielektrik, dan
ikatan hydrogen dapat menjadi pelarut yang kurang bagi senyawa ionik,
karena ukuran partikelnya lebih besar dan akan sukar bagi zat cair untuk
menembus dan melarutkan Kristal. Bentuk molekul zat terlarut juga merupakan
faktor dalam meneliti kelarutan. Kelarutan ammonia yang tinggi, cocok tanpa ada
kesukaran berada di dalam struktur air. Efek bentuk molekul zat terlarut
terhadap kelarutannya di dalam suatu pelarut lebih banyak merupakan efek
entropi.
11.
Struktur air
Struktur
air merupakan anyaman molekul tiga dimensi dan struktur ikatan hydrogen
menentukan sifat-sifat air dan interaksinya dengan zat terlarut. Strukturnya
dapat dimodifikasi secara kualitatif dan kuantitatif oleh banyak factor seperti
suhu, permukaan, dan zat terlarut. Struktur air peka terhadap banyak factor
yang dapat memperkuat, memperlemah, mengubah, atau memecah seluruhnya. Factor-faktor
ini termasuk suhu, zat terlarut nonpolar, ion monovalent dan polivalen, zat
aktif permukaan (surface activate agent, SSA), makromolekul, dan
permukaan.
2.4
Keuntungan
Dan Kerugian Sediaan Larutan
A. Keuntungan sediaan larutan ;
1.
Lebih mudah ditelan disbanding
bentuk padat sehingga dapat digunakan untuk
bayi, anak-anak, dan usia lanjut.
2.
Segera diabsorpsi karena sudah
berada dalam bentuk larutan ( tidak
mengalami proses disintegrasi dan pelarutan ).
3.
Dosis dapat diubah dalam pembuatan
4.
Mengurangi resiko iritasi pada
lambung oleh zat-zat iritan ( contoh : Aspirin, KCl ),
karena larutan akan segera diencerkan oleh
isi lambung.
5.
Mudah diberi pemanis, pewarna dan aroma
6.
Untuk pemakaian luar mudah digunakan
B. Kerugian sediaan larutan
:
1. Larutan bersifat
voluminous, sehingga kurang menyenangkan untuk
diangkut dan dismpan. Apabila kemasan rusak ,
keseluruhan sediaan tidak dapat dipergunakan.
2. Stabilitas dalam
bentuk larutan biasanya kurang baik dibandingkan
bentuk sediaan tablet atau kapsul, terutama
jika bahan mudah terhidrolisis.
3. Larutan merupakan
media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme,
oleh karena itu memerlukan penambahan pengawet.
4. Ketetapan dosis
tergantung pada kemampuan pasien untuk menakar.
5. Rasa obat yang
kurang menyenangkan akan lebih terasa jika
diberikan dalam larutan dibandingkan dalam
bentuk padat . Walaupun demikian. Larutan dapat
diberi pemanis dan perasa agar penggunaanya
lebih nyaman.
2.5
Cara
Khusus Pengerjaan Obat dalam Bentuk Larutan
Beberapa obat memerlukan cara khusus untuk
melarutkannya, di antaranya adalah (Syamsuni,H.A., 2006):
1.
Natrium bikarbonat
Harus
dilakukan dengan cara gerus-tuang (adsliben).
2.
Natrium bikarbonat
bersama-sama natrium salisilat.
Na-bikarbonat
digerus tuang, kemudian ditambah Na-salisilat. Untuk mencegah terjadinya
perubahan warna pada larutan harus ditambakan natrium pirofosfat 0,25% dari
berat larutan.
3.
Sublimat (HgCl2).
Untuk
obat tetes mata harus dilakukan dengan pemanasan atau dikocok-kocok dalam air
panas, kemudian disaring setelah dingin. NaCl dapat meningkatkan kelatrutan
sublimata dalam obat tetes mata 1:4000.
4.
Kalium permanganate
(KMnO4).
Dilarutkan
dengan pemanasan. Pada proses pemanasan akan terbentuk batu kawi (MnO2),
oleh sebab itu setelah dingin tanpa dikocok-kocok dituangkan kedalam botol atau
dapat juga disaring dengan gelas wool.
5.
Zink klorida (ZnCl2).
Harus
dilakukan dengan air sekaligus, kemudian disaring. Karena jika air ditambahkan
sedikit demisedikit maka akan terbentuk zink oksida klorida (ZnOCl) yang sukar
larut dalam air, kemudian tambahkan asam salisilat, larutan zink klorida dengan
sebagian air, kemudian tambahkan asam salisilatdan sisa air, baru disaring.
6.
Kamfer (camphorae).
Kelarutan
dalam air 1:650. Dilarutkan dengan spiritus fortio (96%) sebanyak 2 kali bobot kamfer didalam botol
kering, kocok-kocok, kemudian tambahkan air panas sekaligus, kocok lagi.
7.
Tanin.
Tanin
mudah larut dalam air dan dalm gliserin, tetapi tanin selalu mengandung hasil
oksidasi yang larut dalam air, tetapi tidak larut dalam gliserin sehingga
larutannya dalam gliserin harus disaring dengan kapas yang dibasahi. Jika ada
air dan gliserin, larutkan tanin dalam air, kocok, baru tambahkan gliserinnya.
8.
Extract Opii dan Extract
Ratanhiae.
Dilakukan dengan
cara ditaburkan ke dalam air sama banyak, diamkan 15 menit.
9.
Perak protein.
Dilarutkan
dalam air suling sama banyak, diamkan 15 menit ditempat gelap.
10.
Succus liquiritiae.
a. Dengan
gerus tuang (adsliben), jika jumlahnya kecil.
b. Dengan
merebus atau memanaskannya hingga larut.
11.
Kalsium Laktat dan
Kalsium Glukonat.
Kelarutannya
dalam air 1:20. Jika jumlah air cukup, setelah dilarutkan disaring untuk
mencegah kristalisasi.Jika air tidak cukup, disuspensikan dengan penambahan
PGS, dibuat Mxturae agitanda.
12.
Bahan obat yang
berkhasiat keras.
Harus
dilarutkan tersendiri.
13.
Jika ada bahan obat
yang harus diencerkan dengan air, hasil pengenceran yang diambil paling sedikit
adalah 2 ml.
14.
Kodein
a. Direbus
dengan air sebanyak 20 kali kodein. Setelah larut diencerkan sebelum dingin.
b. Dengan
alcohol 96% sampai larut, lalu segera diencerkan dengan air.
c. Diganti
dengan kodein HCL sebanyak 1,17 kali jumlahnya.
15.
Pepsin
Pepsin
tidak larut dalam air tetapi larut dalam HCl encer.
Pembuatannya:
pepsin disuspensikan dengan air 10 kali lipatnya kemudian tambahkan HCl encer.
Larutan pepsin hanya tahan sebentar dan tidak boleh disimpan.
16.
Nipagin dan Nipasol
(kelarutannya 1:2000)
Sebagai
pengawet 0,1%-0,2%. Nipagin berfungsi sebagai pengawet dalam larutan air,
sedangkan nipasol untuk larutan minyak.
a. Dilarutkan
dalam air dengan pemanasan sambil digoyang-goyangkan
b. Dilarutkan
dulu dengan sedikit etanol baru dimasukan kedalam sediaan yang diawetkan.
17.
Fenol
Diambil
fenol liquifactum yaitu larutkan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol. Jumlah
yang diambil 1,2 kali jumlah yang diminta. Jika pengenceran dalam air cukup
akan diperoleh larutan yang jernih, jika kurang akan terjadi larutan yang
keruh.
Perhitungan Farmasi untuk larutan
R/Atropin Sulf 0,006g
Bellad.
Extr 0,100g
Sir.Simplex 100g
m.f.sirop.ad.Aq.dest 200g
S.4.d.d.C.
I
Pro : Tn Andi (dewasa)
Penyelesaian
•
Tiap 1 sendok makan = 15 x 1,3g=19,5 g≈20g
•
Tiap 1 sendok mkn mengandung :
a.
Atrofin sulfat =20/200 x 0,006g = 0,0006g=0,06 mg
b.
Bellad.Extr = 20/200 x 0,100g=0,0100g = 10 mg
Dosis 1x
a.
Atrofin sulf. = 0,6/1=0,6 (dlm persen=60%)
b.
Bellad.Extr. = 10/20 =0,5 (dlm persen=50%)
Dosis kombinasi =
0,6 + 0,5 = 1,1> 1 atau
=
60% + 50% =110%>100%
Dosis 1hari
a.
Atrofin sulf. = 4 x 0,6/3 = 0,8 (dlm persen = 80%)
b.
Bellad.Extr. = 4 x 10/80 =0,5 (dlm persen = 50%)
Dosis kombinasi = 0,8 + 0,5 = 1,3> 1 atau
=
80% + 50% =130%>100%
v Jadi baik dosis
sekali dan dosis sehari melewati dosis maksimum untuk dibuat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Larutan adalah bentuk
sediaan cair yang terdiri dari satu atau lebih zat kimia terlarut dan zat
pelarut dalam suatu larutan. Salah satu keuntungan dari larutan yaitu segera
diabsorbsi karena sudah berada dalam bentuk larutan. Sedangkan kerugiannya
yaitu larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme. Solutio
dengan pelarut non aqua, yaitu pelarut pelarut yang digunakan adalah alkohol 96
%.
Untuk melarutkan solution harus memperhatikan kelarutannya
karena ada larutan yang mudah larut , sangat mudah larut, larut, agak sukar
larut, sukar larut, dan praktis tidak larut, sehingga berbeda cara
melarutkannya. Selain itu solutio juga memiliki kekurangan dan kelebihan yang
harus diperhatikan misalnya penyimpanannya . karena ada larutan yang dapat di
masukkan ke dalam botol bening dan ada juga yang disimpan dalam botol
gelap/coklat.
3.2 Saran
Untuk melarutkan solution harus memperhatikan kelarutannya
karena ada larutan yang mudah larut , sangat mudah larut, larut, agak sukar
larut, sukar larut, dan praktis tidak larut, sehingga berbeda cara
melarutkannya.
Bimbingan dan arahan dari para dosen
sangat kami harapkan dalam menyusun makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Anief,
Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat .
Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press .
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope
Indonesia Edisi III . Jakarta : Dirjen POM
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope
Indonesia Edisi IV . Jakarta : Dirjen POM
Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar