MAKALAH
“KOMPLEXOMETRI”
Dosen Pembimbing : Arif
Santoso, S.Farm.,Apt
Oleh
Kelompok V :
1. Anggiati
Ambarsari (1314206005)
2. Heni
Setyowati (1314206021)
3. Paulus
Tede Bethan (1314206035)
4. Yayuk
Winarsih (1314206038)
PROGRAM
STUDI S1 FARMASI
STIKES
KARYA PUTRA BANGSA
TULUNGAGUNG
2015
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, berkat
ridho-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Komplexometri”.
Dalam menyusun makalah ini, terdapat
hambatan yang penulis alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat
sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu penulis tidak
lupa pada kesempatan ini mengaturkan terima kasih kepada Bapak Arif Santoso,
S.Farm.,Apt selaku dosen pembimbing.
Kami
menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga
makalah “Komplexometri” ini
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Tulungagung, 7 Desember 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................................. 3
BAB
II ISI
2.1 Teori Analisis Komplexometri.................................................................... ........... 4
2.2 Ligan .......................................................................................................... ........... 5
2.3 Stabilitas ................................................................................................................ 6
2.4 Masking Demasking Agent ................................................................................... 8
2.5 Indikator Logam.................................................................................................... 8
2.6 Pengaruh pH........................................................................................................... 10
2.7 Jenis Titrasi ............................................................................................................ 11
2.8 Kesadahan ............................................................................................................. 12
2.9 Aplikasi Komplexometri dalam
Analisis Obat ...................................................... 14
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 15
3.2 Saran ...................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Bagi orang awam, mendengar zat kimia
saja, mereka sudah beranggapan bahwa itu adalah zat yang berbahaya, tetapi
tanpa di sadarinya, di dalam kehidupan sehari-hari kita bergelut dengan zat-zat
kimia apakah itu kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman, pernafasan,
pakaian, obat-obatan, sabun, pasta gigi bahkan prosess dalam tubuh kita sendiri
juga berupa proses kimia, jadi dengan kata lain kita tidak bisa lari dari zat
kimia. Kenyataannya memang zat kimia itu ada yang berfaedah buat kehidupan kita
manusia tetapi juga berbahaya bagi kehidupan kita manusia pada khususnya dan
makhluk hidup pada umumnya.
Analisa kimia farmasi kuantitatif untuk
zat-zat anorganik yang mengandung ion logam seperti aluminium, bismuth,
kalsium, magnesium dan zink dengan cara gravimetrik memakan waktu yang lama,
karena prosedurnya meliputi pengendapan, penyaringan, pencucian dan pengeringan
atau pemijaran sampai bobot tetap. Untuk menganalisa senyawa-senyawa ersebut
dapat dilakukan dengan analisa komplexometri.
Titrasi kompleksometri atau kelatometri
yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau
garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran
dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan
diterapkan pada titrasi.
Titrasi kompleksometri ini digunakan
untuk penetapan kation bervalensi banyak dalam air. Di dalam dunia farmasi,
metode ini banyak digunakan dalam penetapan kadar suatu senyawa obat yang mengandung
ion logam, misalnya penentuan kadar MgSO4 yang digunakan sebagai
laksativum atau ZnO yang digunakan sebagai antiseptic. Sehingga kadar logam-logam yang ada dalam
suatu produk farmasi sehingga tepat kadar (sesuai standar) dan tidak menjadi
toksik serta membahayakan konsumen.
Mengingat
bermanfaatnya analisa komplexometri, maka disusun makalah “Analisa Komplexometri” agar mahasiswa S1 Farmasi lebih memahami
tentang analisa komplexometri.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimanakah
teori analisis komplexometri ?
2. Apa yang dimaksud dengan ligan dalam
analisis komplexometri ?
3. Bagaimana
stabilitas analisis komplexometri ?
4. Apa
yang dimaksud dengan masking demasking agent dalam analisis
komplexometri ?
5. Indikator
logam
6. Bagaimana
pengaruh ph dalam
analisis komplexometri ?
7. Apa
sajakah jenis titrasi dalam analisis komplexometri
?
8. Apa
yang dimaksud dengan kesadahan dalam analisis komplexometri?
9. Bagaimana
aplikasi komplexometri dalam analisis obat ?
1.3
TUJUAN
1. Untuk mengetahui teori
analisis komplexometri.
2. Untuk mengetahui ligan dalam analisis
komplexometri.
3. Untuk mengetahui stabilitas
analisis komplexometri.
4. Untuk mengetahui masking
demasking agent dalam
analisis komplexometri.
5. Untuk mengetahui indikator
logam dalam
analisis komplexometri.
6. Untuk mengetahui pengaruh
ph dalam analisis
komplexometri.
7. Untuk mengetahui jenis
titrasi dalam
analisis komplexometri.
8. Untuk mengetahui kesadahan
dalam analisis
komplexometri.
9. Untuk
mengetahui aplikasi komplexometri dalam analisis obat.
1.4
MANFAAT
1. Mengetahui teori
analisis komplexometri.
2. Mengetahui ligan dalam analisis
komplexometri.
3. Mengetahui stabilitas
analisis komplexometri.
4. Mengetahui masking
demasking agent dalam
analisis komplexometri.
5. Mengetahui Indikator
logam dalam
analisis komplexometri.
6. Mengetahui pengaruh
ph dalam analisis
komplexometri.
7. Mengetahui jenis
titrasi dalam
analisis komplexometri.
8. Mengetahui kesadahan
dalam analisis
komplexometri.
9. Mengetahui
aplikasi komplexometri dalam analisis obat.
BAB
II
ISI
2.1
Teori Analisis Komplexometri
Kompleksometri adalah suatu cara untuk
penetapan kadar zat – zat (kation) yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan
suatu komplekson. Prinsipnya adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion
logam dengan EDTA.
Titrasi
kompleksometri adalah titrasi yang berdasarkan reaksi pembentukan kompleks,
misalnya penetapan kadar Ca (ion logam) dengan EDTA (garam natrium dari asam
etilendiaminatetra-asetat) (Pujaatmaka, 2002).
Titrasi kompleksometri adalah titrasi
berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk
kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi
kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium
EDTA) (Khopkar, 1990).
Kompleksometri merupakan jenis titrasi
dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks.
Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali
dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan
diterapkan pada titrasi (Khopkar, 1990)
Salah satu tipe reaksi kimia yang
berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi)
kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang
dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah
kation, dengan sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994)
Titrasi kompleksometri juga dikenal
sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain
titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal
sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA (Khopkar,
1990)
Titrasi kompleksometri atau kelatometri
adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara bahan yang dianalisis dan
titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat
dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang
terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komonen yang membentuk ligan dan
tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati. Kelat yang terbentuk
melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan dan tergantung
pada titran serta titrat yang hendak diamati.
Dalam larutan dengan pH tertentu
sebagaian besar kation atau logam dapat bereaksi dengan komplekson yang
kemudian membentuk ion kompleks. Contoh :
Ag+ → [Ag(CN)2]¯
Cu2+ → [Cu(NH₃)₄]²⁺
Jika diperhatikan contoh – contoh kompleks, terlihat
bahwa suatu kompleks selalu terjadi dari sebuah ion logam yang dinamakan ion
negatif atau molekul.
2.2
Ligan
Sedangkan yang dinamakan Ligan (dari kata latin ligare =
mengikat) . Jumlah ligan ini berbeda-beda dari dua sampai delapan. Jumlah
ikatan dengan ligan itu disebut bilangan koordinasi yang biasanya merupakan
bilangan genap terutama bernilai 4 atau 6. Ion logam univalen biasanya
mempunyai bilangan koordinasi dua.
Muatan sebuah kompleks dapat positif, negatif atau nol.
Muatan tersebut merupakan jumlah muatan inti dan semua ligan yang diikatnya.
Ligan yang mempunyai satu atom donor pasangan elektron (missal I¯ dan CN¯)
monodentat atau unidentat, sedang Ligan yang mempunyai atom donor lebih dari
stu disebut poli- atau muktidentat, bidentat kalau punya dua donor, terdentat
bila 3, kuadridentat, pentedentat, heksadentat dan seterusnya.
Bila mislanya ion Zn²⁺ berkompleks dengan ligan etilendiamin (dua molekul ligan
perion Zn karena bilangan koordinasi Zn mencapai 4), maka terbentuk ikatan –
ikatan yang mempunyai bentuk cincin atau lingkaran (ring). Lingkaran
demikian lingkaran kelat (chelat ring) dari kata yunani chele yang berarti
cakar. Jenis Ligan :
1.
Unidentat,
yaitu ligan yang mempunyai 1 gugus donor pasangan elektron. Contoh : NH3, CN.
2.
Bidentat, yaitu ligan yang
mempunyai 2 gugus donor pasangan elektron.
Contoh : Etilendiamin
3.
Polidentat, yaitu ligan yang mempunyai banyak gugus donor pasangan
elektron.
Contoh : asam etilendiamintetraasetat (EDTA).
2.3
Stabilitas
Titrasi kompleksometri adalah salah satu
metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion
logam utamanya, yang umum di indonesia EDTA (Disodium ethylene diamin tetra
asetat/ tritiplex/ komplekson, dll).
Konstanta pembentukan/kestabilan
senyawa komplek dinyatakan sebagai berikut ini :
Besarnya
harga konstanta pembentukan komplek menyatakan tingkat kestabilan suatu senyawa
komplek :
“Semakin besar harga konstanta pembentukan
senyawa komplek, maka semakin stabil senyawa komplek tersebut dan sebaliknya
makin kecil harga konstanta kestabilan senyawa komplek, maka senyawa komplek
tersebut makin tidak (kurang) stabil”.
Harga konstanta kestabilan komplek
logam dengan EDTA (KMY) (Fritz dan Schenk, 1979).
Kestabilan
termodinamik dari suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan
terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi tertentu, jika sistem itu
dibiarkan mencapai keseimbangan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kestabilan kompleks, yaitu :
1.
Kemampuan mengkompleks logam-logam.
Kemampuan mengkompleks relatif
(dari) logam-logam digambarkan dengan baik menurut klarifikasi Schwarzenbach, yang dalam garis besarnya didasarkan atas
pembagian logam menjadi asam Lewis (penerima pasangan elektron) kelas A dan kelas B.
2. Ciri-ciri khas ligan :
Di
antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi kestabilan
kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
1. Kekuatan basa dari ligan itu
2. Sifat-sifat penyepitan (jika ada)
3. Efek-efek sterik (ruang)
Keinertan
atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi pengamatan umum
berikut ini merupakan pedoman yang baik akan perilaku kompleks-kompleks dari
berbagai unsur, yaitu diantaranya :
1. Unsur grup utama, biasanya membentuk
kompleks-kompleks labil.
2. Dengan pengecualian Cr(III) dan
Co(III), kebanyakan unsur transisi baris pertama, membentuk kompleks-kompleks
labil.
3. Unsur transisi baris kedua dan baris
ketiga, cenderung membentuk kompleks-kompleks inert.
2.4
Masking Demasking Agent
Masking atau penutup adalah suatu
proses diamana suatu zat dapat dirubah sedemikian rupa sehingga tidak dapat
lagi ikut dalam suatu reaksi. Dimasking adalah suatu peristiwa dimana zat yang
dimasking dikembalikan dalam keadaan semula. Beberapa kation dalam campuran
sering dimasking sehingga dapat lagi bereaksi dengan EDTA atau indicator.
Sebagai masking yang terkenal adalah
ion CN¯ yang memberi kompleks sianida yang stabil dengan kation Cd, Zn, Mg2+,
Cu, Ni, Ag atau Pt. Kompleks sianida dengan Zn dapat dimasking dengan larutan
formal dehida, asam asetat, atau kloral hidrat.
Penambahan thioglycolat akan bereaksi dengan Hg dan Cu hingga
tidak dapat membentuk kompleks lagi
dengan EDTA. Jadi Zn bila tercampur dengan Hg dan Cu dapat dititrasi secara kompleksometri.
NH₄F dapat menutup (masking Ca, Hg dan Al) hingga Zn dalam
campuran dengan Ca, Hg, dan Al setelah ditambah dengan NH₄F dapat dititrasi dengan EDTA tanpa terganggu oleh Ca, Hg
dan Al.
2.5
Indikator Logam
Indikator dalam titrasi
kompleksometri tidak berubah karena perubahan pH, tidak juga karena daya
oksidasi titrat berubah, akan tetapi karena perubahan pM (M adalah khelat
logam). (Roth 1988). Syarat-syarat indikator logam, yaitu:
1. Reaksi
warnanya harus sensitif, dengan kepekaan yang besar terhadap logam.
2. Perubahan warna
pada titik ekivalen tajam
3. Perbedaan warna
dari indikator bebas dengan indikator kompleks harus mempunyai kestabilan yang
efektif dimana pH titrasi tidak boleh tidak teroksidasi dan tereduksi.
4. Kestabilan
kompleks logam indikator harus cukup.
5. Ikatan senyawa
logam EDTA harus lebih kuat dari pada logam-logam indikator. Artinya ikatan
logam – logam Indikator logamnya harus dapat direbut oleh EDTA.
Beberapa
indikator yang paling banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri.
1.
Eriochrom
Black-T (EBT)
Digunakan
pada daerah pH 7 – 11. Suatu kelemahan dari EBT bahwa larutannya tidak stabil,
bila disimpan akan terjadi peruraian secara lambat,sehingga setelah janka waktu
tertentu indikator tidak berfungsi lagi. Suatu kesulitan yang dialami indikator
metalokromik adalah pembentukan kelat dengan logam yang tidak reversibel atau
terlalu kuat. Bila hal ini terjadi maka tidak dapat terjadi perubahan warna dan
indikator kehilangan fungsinya. Kejadian ini disebut blocking indikator. Mengalami blocking dengan Fe³⁺. Merupakan
asam lemah, tidak stabil dalam air karena senyawa organik ini merupakan gugus
sulfonat yang mudah terdisosiasi sempurna dalam air dan mempunyai 2 gugus fenol
yang terdisosiasi lambat dalam air.
Penggunaan : Penentuan kadar Ca, Mg,
Cd, Zn, Mn, Hg.
2.
Murexide
Merupakan
indikator yang sering digunakan untuk titrasi Ca2+, pada pH=12.
3.
Jingga Xylenol
Kompleks
dengan logam memberikan warna merah.
4.
Calmagite
Dapat digunakan
sebagai pengganti EBT, karena calmagite lebih stabil, daerah terjadinya pada pH
8,1-12,4 dan warna indikator bebasnya biru. Mengalami blocking dengan Cu, Ni,
Fe³⁺, dan Al.
5.
Arzenazo
Digunakan untuk
Ca maupun Mg, juga baik untuk titrasi Pb(IV) dengan EDTA. Keuntungan
menggunakan indikator ini adalah :
Tidak mengalami blocking oleh Cu(II)
dan Fe(III) dalam jumlah kecil.
Bereaksi cepat sehingga terjadinya
perubahan warna juga lebih cepat.
6.
NAS
Digunakan pada
daerah pH 3-9. Dalam larutan yang sangat asam NAS berwarna merah violet pada pH
3,5 keatas berwarna merah jingga. Penggunaan NAS cukup luas dan dianjurkan
untuk titrasi Cu, Co(II), Cd, Ni, Zn, Al dengan EDTA.
7.
Calcon
Calcon
merupakan garam natrium dari Eriochrome Blue Black R, yang disebut juga
Pontachrome Blue Black R. Molekul indikator berwarna hijau dan hanya terdapat
dalam larutan asam kuat. Pada pH 7 sampai 10 berwarna merah, kemudian biru
sampai pH 13,5 dan diatasnya jingga. Kelat Calcon dengan logam berwarna merah
dan ternyata sangat cocok untuk titrasi Ca pada pH 12,5 – 13 tanpa terganggu
oleh Mg. Perubahan warna dari merah menjadi biru. Dengan indikator ini maka
dapat ditentukan kesadahan air yang disebabkan oleh Ca saja tidak termasuk
kesadahan oleh Mg.
8.
Violet cathecol
9.
Tiron
10. Fast sulphon black F
11. Varjamin blue B
12. Bromopirogalol merah
13. Timolftalekson
Beberapa indikator logam sering menglami penguraian
apabila dilarutkan dalam air. Sehingga stabilitas di dalam larutan rendah
sekali. Oleh karena itu, dalam prakteknya sering dibuat pengenceran dengan NaCl
atau KNO3 dengan perbandingan 1:500.
2.6
Pengaruh pH
pH
sangatlah berpengaruh pada analisa komplexiometri. pH adalah ukuran konsentrasi
ion hidrogen dari larutan. Pengukuran pH (potensial Hidrogen) akan
mengungkapkan jika larutan bersifat asam atau alkali (atau basa). Jika larutan
tersebut memiliki jumlah molekul asam dan basa yang sama, pH dianggap netral.
Berikut keterangan tentang suasana pH dalam analisakomplexiometri :
1.
Suasan terlalu
asam
Proton yang
dibebaskan pada reaksi yang terjadi dapat mempengaruhi pH, dimana jika H+ yang
dilepaskan terlalu tinggi, maka hal tersebut dapat terdisosiasi sehingga
kesetimbangan pembentukkan kompleks dapat bergeser ke kiri, karena terganggu
oleh suasana system titrasi yang terlalu asam. Pencegahan : sistem titrasi
perlu didapar untuk mempertahankan pH yang diinginkan.
2.
Suasana terlalu
basa
Bila pH system
titrasi terlalu basa, maka kemungkinan akan terbentuk endapan hidroksida dari
logam yang bereaksi. Jika pH terlalu basa, maka reaksi kesetimbangan akan
bergeser ke kanan, sehingga pada suasana basa yang banyak akan terbentuk
endapan.
Berdasarkan selalu terbentuknya H+
pada pembentukan ion kompleks dan melihat harga pK₄ maka pembentukan kompleks akan lebih baik dan lebih
stabil dalam larutan alkalis. Pada umumnya kompleks EDTA dengan kation valensi
2 stabil dalam larutan yang sedikit asam
atau alkalis. kompleks EDTA dengan logam valensi 3 dan 4 stabil dalam larutan
dengan pH =1-3. Logam – logam bervalensi 2 misalnya Cu, Pb, atau Ni dapat
stabil pada pH = 3 sehingga dapat dititrasi secara selektif walaupun tercampur
dengan logam – logam alkali tanah. Co⁺⁺ stabil dalam larutan HCl pekat.
Kesimpulan : pada titrasi kompleksometri
diperlukan penambahan bufer pada pH dimana kompleks itu stabil, dan perubahan
warnanya jelas. Stabilitas dari kompleks di tentukan oleh harga Ks = konstante
stability.
Yang menyebabkan perubahan harga Ks :
Kenaikan suhu, karena menyebabkan
kenaikan ionisasi kompleks.
Ion yang tidak memberi ion sejenis
dengan kompleks.
Yang menyebabkan kenaikan harga Ks adalah adanya
alkohol, sebab alkohol mendesak ionisasi kompleks.
2.7
Jenis
Titrasi
Macam-macam titrasi yang sering
digunakan dalam kompleksometri, antara lain:
1. Titrasi
langsung yaitu titrasi yang biasa digunakan untuk ion-ion yang tidak
mengendappada pH titrasi, reaksi pembentukan kompleksnya berjalan cepat.
Contoh : penentuannya
ialahuntuk ion-ion Mg, Ca, dan Fe.
2. Titrasi
kembali yaitu titrasi yang digunakan untuk ion-ion logam yang mengendap pada pH
titrasi,reaksi pembentukan kompleksnya berjalan lambat.
Contoh
: penentuannya ialah untukpenentuan ion Ni.
3. Titrasi
penggantian atau titrasi substitusi adalah titrasi yang ini digunakan untuk
ion-ion logam yang tidak bereaksi sempurna dengan indikator logam yang
membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil daripada kompleks ion-ion logam
lainnya.
Contoh : penentuannya
ialah untuk ion-ion Ca dan Mg.
4. Titrasi
tidak langsung
Titrasi ini dilakukan
dengan cara, yaitu :
Titrasi kelebihan
kation pengendap (misalnya penetapan ion sulfat, dan fosfat).
Titrasi kelebihan
kation pembentuk senyawa kompleks (misalnya penetapan ion sianida) (Bassett et
al., 1994).
2.8
Kesadahan
Metode titrasi kompleksometri dapat diaplikasikan
dalam penentuan kesadahan air.Kesadahan terutama disebabkan oleh keberadaan
ion-ion kalsium (Ca2+) dan
magnesium (Mg2+) di dalam
air. Keberadaannya di dalam air mengakibatkan sabun akan mengendap sebagai
garam kalsium dan magnesium, sehingga tidak dapat membentuk emulsi secara
efektif. Kation-kation polivalen lainnya juga dapat mengendapkan sabun
(Harjadi, 1985).
a)
Kesadahan sementara (temporer
hardness)
Kesadahan
sementara adalah kesadahan karena adanya garam bikarbonat dari Ca dan Mg,
sedangkan kesadahan tetap adanya garam non karbonat seperti sulfat, klorida,
dan nitrat. Kesadahan sementara dan tetap disebut kesadahan jumlah (total
hardness).
b)
Kesadahan tetap (permanent
hardness)
Kesadahan
sementara dapat dihilangkan dengan memanaskannya, karena CO2 akan
keluar dan meninggalkan garam karbonat yang tidak larut (mengendap). Air yang
mempunyai kesadahan tinggi tidak baik apabila dipergunakan sebagai pengisi air
ketel (boiler feed) maupun dalam proses pencucian dengan sabun.(Syafei, 1999)
Penetapan kesadahan hanya diarahkan pada penentuan
kadar Ca2+ dan Mg2+ pada titrasi kompleksometri. Prinsip
yang digunakan yaitu reaksi pembentukan kompleks, kestabilan kompleks, dan
pengaruh pH. Kesadahan total didefinisikan sebagai kesadahan jumlah milli
ekivalen ion Ca2+ dan Mg2+ tiap liter sampel air. Secara
sederhana penetuan tingkat kesadahan air untuk masing-masing ion dapat
dilakukan dengan larutan baku ligan pengkompleks Na2EDTA (Natrium
Diamin Tetra Asetat) pada pH tertentu (Harvey, D. 2000).
Dalam melakukan titrasi, kedalam larutan yang
mengandung ion-ion Ca2+ dan Mg2+ ditambahkan indikator
(warna 1) membentuk warna kompleks dalam larutan buffer pada pH tertentu.
Penembahan EDTA akan memecah kompleks kation-indikator tersebut membentuk
kation-EDTA (warna 2) yang lebih stabil. Dengan mengamati perubahan warna, maka
titik akhir titrasi kompleksometri dapat diamati dan ditentukan. Untuk jelasnya
perhatikan reaksi-reaksi yang terjadi pada proses titrasi kompleksometri
dibawah ini :
Ca2+ + EBT (Indikator) → Ca.EBT
senyawa kompleks lemah berwarna merah anggur
Mg2+ + EBT (Indikator) → Mg.EBT senyawa
kompleks kuat berwarna merah anggur
Ca.EBT + EDTA → Ca. EDTA
Mg.EBT + EDTA → Mg. EDTA
Larutan Dinantrium EDTA dijadikan standar baku
sekunder karena sifatnya yang tidak mendukung untuk dijadikan standar primer,
antara lain (Day & Underwood, 2002):
Kurang stabil
Mudah/dapat
terurai oleh bakteri dimana EDTA adalah suatu senyawa organik yang dapat diurai
oleh bakteri.
Dapat terurai oleh cahaya.
Kadar
maksimal kesadahan total untuk air minum yang telah ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 adalah 500 mg/L, angka ini sesuai
dengan angka standar yang ditetapkan baik oleh WHO, maupun standar
internasional (Gabriel, 2004).
2.9 Aplikasi Komplexometri dalam Analisis Obat
Di dalam farmasi ,metode ini
banyak digunakan dalam penetapan kadar MgSO4 yang digunakan sebagai laksativum
atau ZnO yang digunakan sebagai antiseptik.Beberapa contoh sistem titrasi kompleksometri pada obat :
Sampel
|
Pelarut
|
Peniter
|
Indikator
|
Sediaan
obat
|
Kalsium glukonat
|
Air dibasakan dengan NaOH
|
Dinatrium edetat
|
Kalkon (merah jambu menjadi biru)
|
Injeksi kalsium glukonat
|
Kalsium laktat
|
Air
|
Dinatrium edetat
|
Biru hidroksi naftol (biru)
|
Kalsium laktat
|
Kalsium pantotenat
|
Air
|
Dinatrium edetat
|
Biru hidroksi naftol (biru)
|
Tablet kalsium pantotenat
|
Alukol
|
Air
|
Pb(NO3)2
|
Jingga xilenol
|
Suspensi antasida
|
Metil tiourasil
|
Air
|
Raksa (II) asetat
|
Difenilkarbazon
|
Metil tiourasil
|
.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
- Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi
- Ligan (dari kata latin ligare = mengikat). Jumlah ikatan dengan ligan itu disebut bilangan koordinasi yang biasanya merupakan bilangan genap terutama bernilai 4 atau 6.
- Kestabilan termodinamik dari suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi tertentu, jika sistem itu dibiarkan mencapai keseimbangan.
- Masking atau penutup adalah suatu proses diamana suatu zat dapat dirubah sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi ikut dalam suatu reaksi. Dimasking adalah suatu peristiwa dimana zat yang dimasking dikembalikan dalam keadaan semula.
5. Indikator
Logam antara lain Eriochrom Black-T (EBT) , Murexide, Jingga Xylenol dll.
6. Pengaruh pH
jika terlalu asam maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan dan menyebabkan terbentuknya senyawa kompleks,
jika suasana terlalu basa maka kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri dan
membentuk endapan.
7. Jenis titrasi
kompleksometri antara lain titrasi langsung, titrasi tidak langsung, titrasi
kembali dan titrasi penggantian.
8. Kesadahan di
bedakan menjadi dua yaitu kesadahan tetap dan kesadahan sementara
3.2
Saran
Lebih teliti lagi
dalam mengerjakan makalah
DAFTAR
PUSTAKA
Brady,
J.E.1999.Kimia Universitas : Asas Dan Struktur.Binapura Aksara:Jakarta.
Day,
R.A,Underwood A.L.1996.Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Kelima.Erlangga:Jakarta.
Prof. Dr. Gholib Ibnu dan R.Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis.Pustaka Pelajar:Yogyakarta
Khopkar,
S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press: Jakarta.
Khopkar, S. M. 1999. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press.
Jakarta.
Vogel, A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik
Edisi 4. EGC. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar