Selasa, 08 Maret 2016

Makalah Kimia Analisis Komplexometri / Yayuk Winarsih



MAKALAH
“KOMPLEXOMETRI”
Dosen Pembimbing : Arif Santoso, S.Farm.,Apt













Oleh Kelompok V :
1.      Anggiati Ambarsari                    (1314206005)
2.      Heni Setyowati                          (1314206021)
3.      Paulus Tede Bethan                   (1314206035)
4.      Yayuk Winarsih                         (1314206038)


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKES KARYA PUTRA BANGSA
TULUNGAGUNG
2015


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, berkat ridho-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Komplexometri”.
Dalam menyusun makalah ini, terdapat hambatan yang penulis alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu penulis tidak lupa pada kesempatan ini mengaturkan terima kasih kepada Bapak Arif Santoso, S.Farm.,Apt selaku dosen pembimbing.
Kami  menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga makalah “Komplexometri” ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.







Tulungagung, 7 Desember 2015



Penulis






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................................. 3
BAB II ISI    
2.1 Teori Analisis Komplexometri.................................................................... ........... 4         
2.2 Ligan .......................................................................................................... ........... 5         
2.3 Stabilitas ................................................................................................................ 6
2.4 Masking Demasking Agent ................................................................................... 8
2.5 Indikator Logam.................................................................................................... 8
2.6 Pengaruh pH........................................................................................................... 10
2.7 Jenis Titrasi ............................................................................................................ 11
2.8 Kesadahan ............................................................................................................. 12
2.9 Aplikasi Komplexometri dalam Analisis Obat ...................................................... 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 15
3.2 Saran ...................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 16





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Bagi orang awam, mendengar zat kimia saja, mereka sudah beranggapan bahwa itu adalah zat yang berbahaya, tetapi tanpa di sadarinya, di dalam kehidupan sehari-hari kita bergelut dengan zat-zat kimia apakah itu kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman, pernafasan, pakaian, obat-obatan, sabun, pasta gigi bahkan prosess dalam tubuh kita sendiri juga berupa proses kimia, jadi dengan kata lain kita tidak bisa lari dari zat kimia. Kenyataannya memang zat kimia itu ada yang berfaedah buat kehidupan kita manusia tetapi juga berbahaya bagi kehidupan kita manusia pada khususnya dan makhluk hidup pada umumnya.
Analisa kimia farmasi kuantitatif untuk zat-zat anorganik yang mengandung ion logam seperti aluminium, bismuth, kalsium, magnesium dan zink dengan cara gravimetrik memakan waktu yang lama, karena prosedurnya meliputi pengendapan, penyaringan, pencucian dan pengeringan atau pemijaran sampai bobot tetap. Untuk menganalisa senyawa-senyawa ersebut dapat dilakukan dengan analisa komplexometri.
Titrasi kompleksometri atau kelatometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Titrasi kompleksometri ini digunakan untuk penetapan kation bervalensi banyak dalam air. Di dalam dunia farmasi, metode ini banyak digunakan dalam penetapan kadar suatu senyawa obat yang mengandung ion logam, misalnya penentuan kadar MgSO4 yang digunakan sebagai laksativum atau ZnO yang digunakan sebagai antiseptic. Sehingga kadar logam-logam yang ada dalam suatu produk farmasi sehingga tepat kadar (sesuai standar) dan tidak menjadi toksik serta membahayakan konsumen.
Mengingat bermanfaatnya analisa komplexometri, maka disusun makalah “Analisa Komplexometri” agar mahasiswa S1 Farmasi lebih memahami tentang analisa komplexometri.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimanakah teori analisis komplexometri ?
2.      Apa yang dimaksud dengan ligan dalam analisis komplexometri ?
3.      Bagaimana stabilitas analisis komplexometri ?
4.      Apa yang dimaksud dengan masking demasking agent dalam analisis komplexometri ?
5.      Indikator logam
6.      Bagaimana pengaruh ph dalam analisis komplexometri ?
7.      Apa sajakah jenis titrasi dalam analisis komplexometri ?
8.      Apa yang dimaksud dengan kesadahan dalam analisis komplexometri?                   
9.      Bagaimana aplikasi komplexometri dalam analisis obat ?

1.3  TUJUAN
1.      Untuk mengetahui teori analisis komplexometri.
2.      Untuk mengetahui ligan dalam analisis komplexometri.
3.      Untuk mengetahui stabilitas analisis komplexometri.
4.      Untuk mengetahui masking demasking agent dalam analisis komplexometri.
5.      Untuk mengetahui indikator logam dalam analisis komplexometri.
6.      Untuk mengetahui pengaruh ph dalam analisis komplexometri. 
7.      Untuk mengetahui jenis titrasi dalam analisis komplexometri.
8.      Untuk mengetahui kesadahan dalam analisis komplexometri.
9.      Untuk mengetahui aplikasi komplexometri dalam analisis obat.





1.4  MANFAAT
1.      Mengetahui teori analisis komplexometri.
2.      Mengetahui ligan dalam analisis komplexometri.
3.      Mengetahui stabilitas analisis komplexometri.
4.      Mengetahui masking demasking agent dalam analisis komplexometri.
5.      Mengetahui Indikator logam dalam analisis komplexometri.
6.      Mengetahui pengaruh ph dalam analisis komplexometri. 
7.      Mengetahui jenis titrasi dalam analisis komplexometri.
8.      Mengetahui kesadahan dalam analisis komplexometri.
9.      Mengetahui aplikasi komplexometri dalam analisis obat.




















BAB II
ISI
2.1 Teori Analisis Komplexometri
Kompleksometri adalah suatu cara untuk penetapan kadar zat – zat (kation) yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan suatu komplekson. Prinsipnya adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan EDTA.

Titrasi kompleksometri adalah titrasi yang berdasarkan reaksi pembentukan kompleks, misalnya penetapan kadar Ca (ion logam) dengan EDTA (garam natrium dari asam etilendiaminatetra-asetat) (Pujaatmaka, 2002).

Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA) (Khopkar, 1990).

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi (Khopkar, 1990)

Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994)

Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA (Khopkar, 1990)

Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.

Dalam larutan dengan pH tertentu sebagaian besar kation atau logam dapat bereaksi dengan komplekson yang kemudian membentuk ion kompleks. Contoh :
Ag+ → [Ag(CN)2
Cu2+ → [Cu(NH)
Jika diperhatikan contoh – contoh kompleks, terlihat bahwa suatu kompleks selalu terjadi dari sebuah ion logam yang dinamakan ion negatif atau molekul.

2.2 Ligan
Sedangkan yang dinamakan Ligan (dari kata latin ligare = mengikat) . Jumlah ligan ini berbeda-beda dari dua sampai delapan. Jumlah ikatan dengan ligan itu disebut bilangan koordinasi yang biasanya merupakan bilangan genap terutama bernilai 4 atau 6. Ion logam univalen biasanya mempunyai bilangan koordinasi dua.

Muatan sebuah kompleks dapat positif, negatif atau nol. Muatan tersebut merupakan jumlah muatan inti dan semua ligan yang diikatnya. Ligan yang mempunyai satu atom donor pasangan elektron (missal I¯ dan CN¯) monodentat atau unidentat, sedang Ligan yang mempunyai atom donor lebih dari stu disebut poli- atau muktidentat, bidentat kalau punya dua donor, terdentat bila 3, kuadridentat, pentedentat, heksadentat dan seterusnya.
Bila mislanya ion Zn² berkompleks dengan ligan etilendiamin (dua molekul ligan perion Zn karena bilangan koordinasi Zn mencapai 4), maka terbentuk ikatan – ikatan yang mempunyai bentuk cincin atau lingkaran (ring). Lingkaran demikian lingkaran kelat (chelat ring) dari kata yunani chele yang berarti cakar. Jenis Ligan :
1.        Unidentat, yaitu ligan yang mempunyai 1 gugus donor pasangan elektron. Contoh : NH3, CN.
2.        Bidentat, yaitu  ligan yang mempunyai 2 gugus donor pasangan elektron.
Contoh : Etilendiamin
3.        Polidentat, yaitu ligan yang mempunyai banyak gugus donor pasangan elektron.
Contoh : asam etilendiamintetraasetat (EDTA).

2.3 Stabilitas
Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum di indonesia EDTA (Disodium ethylene diamin tetra asetat/ tritiplex/ komplekson, dll).
Konstanta pembentukan/kestabilan senyawa komplek dinyatakan sebagai berikut ini :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkRsJs18usOUKsRGdc4wDOD6mNtvMRJmM6yxufWAmOoua4R2KSM1QmqbahwFMAJ_h3L_QmZtJALaj1jPecdnmt3XwuR1nyjwhA0P6r_Xb3zR5azb3Uk4Gyg39xXr1uQ_pphZgylwu0aw/s1600/ggs+3.jpg
Besarnya harga konstanta pembentukan komplek menyatakan tingkat kestabilan suatu senyawa komplek :
Semakin besar harga konstanta pembentukan senyawa komplek, maka semakin stabil senyawa komplek tersebut dan sebaliknya makin kecil harga konstanta kestabilan senyawa komplek, maka senyawa komplek tersebut makin tidak (kurang) stabil”.

Harga konstanta kestabilan komplek logam dengan EDTA (KMY) (Fritz dan Schenk, 1979).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZlB6DxFHI8oE9VduF1diCiYFRdqtH8xUtN5i3vjwc424-c1GflDrrc3ezTZp9A_tTvRv4XahejT5MXOFCAQfQ7MMMUGYctChcixrBjyf5-3mgHX14kxzaHaPFdsWZZBjsMgpNGOIs5g/s1600/tab+1.jpg
Kestabilan termodinamik dari suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi tertentu, jika sistem itu dibiarkan mencapai keseimbangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan kompleks, yaitu :
1.    Kemampuan mengkompleks logam-logam.
Kemampuan mengkompleks relatif (dari) logam-logam digambarkan dengan baik menurut klarifikasi Schwarzenbach, yang dalam garis besarnya didasarkan atas pembagian logam menjadi asam Lewis (penerima pasangan elektron) kelas A dan kelas B.
2.    Ciri-ciri khas ligan :
Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
1.    Kekuatan basa dari ligan itu
2.    Sifat-sifat penyepitan (jika ada)
3.    Efek-efek sterik (ruang)
Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi pengamatan umum berikut ini merupakan pedoman yang baik akan perilaku kompleks-kompleks dari berbagai unsur, yaitu diantaranya :
1.    Unsur grup utama, biasanya membentuk kompleks-kompleks labil.
2.    Dengan pengecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan unsur transisi baris pertama, membentuk kompleks-kompleks labil.
3.    Unsur transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk kompleks-kompleks inert.
2.4 Masking Demasking Agent
Masking atau penutup adalah suatu proses diamana suatu zat dapat dirubah sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi ikut dalam suatu reaksi. Dimasking adalah suatu peristiwa dimana zat yang dimasking dikembalikan dalam keadaan semula. Beberapa kation dalam campuran sering dimasking sehingga dapat lagi bereaksi dengan EDTA atau indicator.
*        Sebagai masking yang terkenal adalah ion CN¯ yang memberi kompleks sianida yang stabil dengan kation Cd, Zn, Mg2+, Cu, Ni, Ag atau Pt. Kompleks sianida dengan Zn dapat dimasking dengan larutan formal dehida, asam asetat, atau kloral hidrat.
*        Penambahan thioglycolat  akan bereaksi dengan Hg dan Cu hingga tidak  dapat membentuk kompleks lagi dengan EDTA. Jadi Zn bila tercampur dengan Hg dan Cu dapat  dititrasi secara kompleksometri.
*        NHF dapat menutup (masking Ca, Hg dan Al) hingga Zn dalam campuran dengan Ca, Hg, dan Al setelah ditambah dengan NHF dapat dititrasi dengan EDTA tanpa terganggu oleh Ca, Hg dan Al.

2.5 Indikator Logam
Indikator dalam titrasi kompleksometri tidak berubah karena perubahan pH, tidak juga karena daya oksidasi titrat berubah, akan tetapi karena perubahan pM (M adalah khelat logam). (Roth 1988). Syarat-syarat indikator logam, yaitu:
1.      Reaksi warnanya harus sensitif, dengan kepekaan yang besar terhadap logam.
2.      Perubahan warna pada titik ekivalen tajam
3.      Perbedaan warna dari indikator bebas dengan indikator kompleks harus mempunyai kestabilan yang efektif dimana pH titrasi tidak boleh tidak teroksidasi dan tereduksi.
4.      Kestabilan kompleks logam indikator harus cukup.
5.      Ikatan senyawa logam EDTA harus lebih kuat dari pada logam-logam indikator. Artinya ikatan logam – logam Indikator logamnya harus dapat direbut oleh EDTA.
Beberapa indikator yang paling banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri.
1.         Eriochrom Black-T (EBT)  
Digunakan pada daerah pH 7 – 11. Suatu kelemahan dari EBT bahwa larutannya tidak stabil, bila disimpan akan terjadi peruraian secara lambat,sehingga setelah janka waktu tertentu indikator tidak berfungsi lagi. Suatu kesulitan yang dialami indikator metalokromik adalah pembentukan kelat dengan logam yang tidak reversibel atau terlalu kuat. Bila hal ini terjadi maka tidak dapat terjadi perubahan warna dan indikator kehilangan fungsinya. Kejadian ini disebut blocking indikator.  Mengalami blocking dengan Fe³. Merupakan asam lemah, tidak stabil dalam air karena senyawa organik ini merupakan gugus sulfonat yang mudah terdisosiasi sempurna dalam air dan mempunyai 2 gugus fenol yang terdisosiasi lambat dalam air.
Penggunaan : Penentuan kadar Ca, Mg, Cd, Zn, Mn, Hg.
2.         Murexide
Merupakan indikator yang sering digunakan untuk titrasi Ca2+, pada pH=12.
3.         Jingga Xylenol
Kompleks dengan logam memberikan warna merah.
4.         Calmagite
Dapat digunakan sebagai pengganti EBT, karena calmagite lebih stabil, daerah terjadinya pada pH 8,1-12,4 dan warna indikator bebasnya biru. Mengalami blocking dengan Cu, Ni, Fe³, dan Al.
5.         Arzenazo
Digunakan untuk Ca maupun Mg, juga baik untuk titrasi Pb(IV) dengan EDTA. Keuntungan menggunakan indikator ini adalah :
*         Tidak mengalami blocking oleh Cu(II) dan Fe(III) dalam jumlah kecil.
*         Bereaksi cepat sehingga terjadinya perubahan warna juga lebih cepat.
6.         NAS
Digunakan pada daerah pH 3-9. Dalam larutan yang sangat asam NAS berwarna merah violet pada pH 3,5 keatas berwarna merah jingga. Penggunaan NAS cukup luas dan dianjurkan untuk titrasi Cu, Co(II), Cd, Ni, Zn, Al dengan EDTA.


7.         Calcon
Calcon merupakan garam natrium dari Eriochrome Blue Black R, yang disebut juga Pontachrome Blue Black R. Molekul indikator berwarna hijau dan hanya terdapat dalam larutan asam kuat. Pada pH 7 sampai 10 berwarna merah, kemudian biru sampai pH 13,5 dan diatasnya jingga. Kelat Calcon dengan logam berwarna merah dan ternyata sangat cocok untuk titrasi Ca pada pH 12,5 – 13 tanpa terganggu oleh Mg. Perubahan warna dari merah menjadi biru. Dengan indikator ini maka dapat ditentukan kesadahan air yang disebabkan oleh Ca saja tidak termasuk kesadahan oleh Mg.
8.         Violet cathecol
9.         Tiron
10.     Fast sulphon black F
11.     Varjamin blue  B
12.     Bromopirogalol merah
13.     Timolftalekson

Beberapa indikator logam sering menglami penguraian apabila dilarutkan dalam air. Sehingga stabilitas di dalam larutan rendah sekali. Oleh karena itu, dalam prakteknya sering dibuat pengenceran dengan NaCl atau KNO3 dengan perbandingan 1:500.

2.6 Pengaruh pH
            pH sangatlah berpengaruh pada analisa komplexiometri. pH adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen dari larutan. Pengukuran pH (potensial Hidrogen) akan mengungkapkan jika larutan bersifat asam atau alkali (atau basa). Jika larutan tersebut memiliki jumlah molekul asam dan basa yang sama, pH dianggap netral. Berikut keterangan tentang suasana pH dalam analisakomplexiometri :
1.         Suasan terlalu asam
Proton yang dibebaskan pada reaksi yang terjadi dapat mempengaruhi pH, dimana jika H+ yang dilepaskan terlalu tinggi, maka hal tersebut dapat terdisosiasi sehingga kesetimbangan pembentukkan kompleks dapat bergeser ke kiri, karena terganggu oleh suasana system titrasi yang terlalu asam. Pencegahan : sistem titrasi perlu didapar untuk mempertahankan pH yang diinginkan.
2.         Suasana terlalu basa
Bila pH system titrasi terlalu basa, maka kemungkinan akan terbentuk endapan hidroksida dari logam yang bereaksi. Jika pH terlalu basa, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke kanan, sehingga pada suasana basa yang banyak akan terbentuk endapan.

Berdasarkan selalu terbentuknya H+ pada pembentukan ion kompleks dan melihat harga pK maka pembentukan kompleks akan lebih baik dan lebih stabil dalam larutan alkalis. Pada umumnya kompleks EDTA dengan kation valensi 2 stabil dalam larutan  yang sedikit asam atau alkalis. kompleks EDTA dengan logam valensi 3 dan 4 stabil dalam larutan dengan pH =1-3. Logam – logam bervalensi 2 misalnya Cu, Pb, atau Ni dapat stabil pada pH = 3 sehingga dapat dititrasi secara selektif walaupun tercampur dengan logam – logam alkali tanah. Co⁺⁺ stabil dalam larutan HCl pekat.
Kesimpulan : pada titrasi kompleksometri diperlukan penambahan bufer pada pH dimana kompleks itu stabil, dan perubahan warnanya jelas. Stabilitas dari kompleks di tentukan oleh harga Ks = konstante stability.
Yang menyebabkan perubahan harga Ks :
*      Kenaikan suhu, karena menyebabkan kenaikan ionisasi kompleks.
*      Ion yang tidak memberi ion sejenis dengan kompleks.
Yang menyebabkan kenaikan harga Ks adalah adanya alkohol, sebab alkohol mendesak ionisasi kompleks.

2.7    Jenis Titrasi       
Macam-macam titrasi yang sering digunakan dalam kompleksometri, antara lain:
1.    Titrasi langsung yaitu titrasi yang biasa digunakan untuk ion-ion yang tidak mengendappada pH titrasi, reaksi pembentukan kompleksnya berjalan cepat.
Contoh : penentuannya ialahuntuk ion-ion Mg, Ca, dan Fe.
2.    Titrasi kembali yaitu titrasi yang digunakan untuk ion-ion logam yang mengendap pada pH titrasi,reaksi pembentukan kompleksnya berjalan lambat.
     Contoh : penentuannya ialah untukpenentuan ion Ni.
3.    Titrasi penggantian atau titrasi substitusi adalah titrasi yang ini digunakan untuk ion-ion logam yang tidak bereaksi sempurna dengan indikator logam yang membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil daripada kompleks ion-ion logam lainnya.
Contoh : penentuannya ialah untuk ion-ion Ca dan Mg.
4.    Titrasi tidak langsung
Titrasi ini dilakukan dengan cara, yaitu :
*      Titrasi kelebihan kation pengendap (misalnya penetapan ion sulfat, dan fosfat).
*      Titrasi kelebihan kation pembentuk senyawa kompleks (misalnya penetapan ion sianida) (Bassett et al., 1994).
2.8    Kesadahan         
Metode titrasi kompleksometri dapat diaplikasikan dalam penentuan kesadahan air.Kesadahan terutama disebabkan oleh keberadaan ion-ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) di dalam air. Keberadaannya di dalam air mengakibatkan sabun akan mengendap sebagai garam kalsium dan magnesium, sehingga tidak dapat membentuk emulsi secara efektif. Kation-kation polivalen lainnya juga dapat mengendapkan sabun (Harjadi, 1985).
Ada dua macam kesadahan, yaitu :  
a)                  Kesadahan sementara (temporer hardness)
Kesadahan sementara adalah kesadahan karena adanya garam bikarbonat dari Ca dan Mg, sedangkan kesadahan tetap adanya garam non karbonat seperti sulfat, klorida, dan nitrat. Kesadahan sementara dan tetap disebut kesadahan jumlah (total hardness).
b)                  Kesadahan tetap (permanent hardness)
Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan memanaskannya, karena CO2 akan keluar dan meninggalkan garam karbonat yang tidak larut (mengendap). Air yang mempunyai kesadahan tinggi tidak baik apabila dipergunakan sebagai pengisi air ketel (boiler feed) maupun dalam proses pencucian dengan sabun.(Syafei, 1999)
Penetapan kesadahan hanya diarahkan pada penentuan kadar Ca2+ dan Mg2+ pada titrasi kompleksometri. Prinsip yang digunakan yaitu reaksi pembentukan kompleks, kestabilan kompleks, dan pengaruh pH. Kesadahan total didefinisikan sebagai kesadahan jumlah milli ekivalen ion Ca2+ dan Mg2+ tiap liter sampel air. Secara sederhana penetuan tingkat kesadahan air untuk masing-masing ion dapat dilakukan dengan larutan baku ligan pengkompleks Na2EDTA (Natrium Diamin Tetra Asetat) pada pH tertentu (Harvey, D. 2000).
Dalam melakukan titrasi, kedalam larutan yang mengandung ion-ion Ca2+ dan Mg2+ ditambahkan indikator (warna 1) membentuk warna kompleks dalam larutan buffer pada pH tertentu. Penembahan EDTA akan memecah kompleks kation-indikator tersebut membentuk kation-EDTA (warna 2) yang lebih stabil. Dengan mengamati perubahan warna, maka titik akhir titrasi kompleksometri dapat diamati dan ditentukan. Untuk jelasnya perhatikan reaksi-reaksi yang terjadi pada proses titrasi kompleksometri dibawah ini :
 Ca2+ + EBT (Indikator) → Ca.EBT senyawa kompleks lemah berwarna merah anggur
Mg2+ + EBT (Indikator) → Mg.EBT senyawa kompleks kuat berwarna merah anggur
Ca.EBT + EDTA → Ca. EDTA
Mg.EBT + EDTA → Mg. EDTA
Larutan Dinantrium EDTA dijadikan standar baku sekunder karena sifatnya yang tidak mendukung untuk dijadikan standar primer, antara lain (Day & Underwood, 2002):
*                  Kurang stabil
Mudah/dapat terurai oleh bakteri dimana EDTA adalah suatu senyawa organik yang dapat diurai oleh bakteri.
*                  Dapat terurai oleh cahaya.
Kadar maksimal kesadahan total untuk air minum yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 adalah 500 mg/L, angka ini sesuai dengan angka standar yang ditetapkan baik oleh WHO, maupun standar internasional (Gabriel, 2004).




2.9 Aplikasi Komplexometri dalam Analisis Obat            
Di dalam farmasi ,metode ini banyak digunakan dalam penetapan kadar MgSO4 yang digunakan sebagai laksativum atau ZnO yang digunakan sebagai antiseptik.Beberapa contoh sistem titrasi kompleksometri pada obat :
Sampel
Pelarut
Peniter
Indikator
Sediaan obat
Kalsium glukonat
Air dibasakan dengan NaOH
Dinatrium edetat
Kalkon (merah jambu menjadi biru)
Injeksi kalsium glukonat
Kalsium laktat
Air
Dinatrium edetat
Biru hidroksi naftol (biru)
Kalsium laktat
Kalsium pantotenat
Air
Dinatrium edetat
Biru hidroksi naftol (biru)
Tablet kalsium pantotenat
Alukol
Air
Pb(NO3)2
Jingga xilenol
Suspensi antasida
Metil tiourasil
Air
Raksa (II) asetat
Difenilkarbazon
Metil tiourasil
.










BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
  1. Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi
  2. Ligan (dari kata latin ligare = mengikat). Jumlah ikatan dengan ligan itu disebut bilangan koordinasi yang biasanya merupakan bilangan genap terutama bernilai 4 atau 6.
  3. Kestabilan termodinamik dari suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi tertentu, jika sistem itu dibiarkan mencapai keseimbangan.
  4. Masking atau penutup adalah suatu proses diamana suatu zat dapat dirubah sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi ikut dalam suatu reaksi. Dimasking adalah suatu peristiwa dimana zat yang dimasking dikembalikan dalam keadaan semula.
5.      Indikator Logam antara lain Eriochrom Black-T (EBT) , Murexide, Jingga Xylenol dll.
6.      Pengaruh pH jika terlalu asam maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan dan  menyebabkan terbentuknya senyawa kompleks, jika suasana terlalu basa maka kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri dan membentuk endapan.
7.      Jenis titrasi kompleksometri antara lain titrasi langsung, titrasi tidak langsung, titrasi kembali dan titrasi penggantian.
8.      Kesadahan di bedakan menjadi dua yaitu kesadahan tetap dan kesadahan sementara

3.2  Saran
Lebih teliti lagi dalam mengerjakan makalah





DAFTAR PUSTAKA
Brady, J.E.1999.Kimia Universitas : Asas Dan Struktur.Binapura Aksara:Jakarta.
Day, R.A,Underwood A.L.1996.Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.Erlangga:Jakarta.
Prof. Dr. Gholib Ibnu dan R.Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis.Pustaka Pelajar:Yogyakarta
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press: Jakarta.
Khopkar, S. M. 1999. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Vogel, A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4. EGC. Jakarta.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar